Home LiCAS.news Bahasa Indonesia Features (Bahasa) Tidak ada pesta Tahun Baru bagi ibu dan bayinya di penjara Filipina

Tidak ada pesta Tahun Baru bagi ibu dan bayinya di penjara Filipina

Ketika seluruh dunia menyambut tahun baru, ‘tahanan politik’ termuda Filipina, bayi Randal Emmanuel, sedang tertidur lelap dalam kenyamanan pelukan ibunya.

Tidak ada pesta tradisional “noche buena” di atas meja. Pergantian tahun itu terasa begitu sepi. Tidak ada keluarga atau teman di sel tahanan tempat bayi itu dan ibunya menghabiskan momen yang seharusnya indah.
Bayi berusia 2 bulan itu adalah putra dari aktivis Amanda Echanis, seorang petani yang ditangkap di kota Baggao di provinsi Cagayan pada 2 Desember. Dia dituduh sebagai pemberontak komunis.




Pasukan keamanan Filipina mengklaim bahwa Echanis tidak hanya hamil ketika polisi dan tentara melakukan penggerebekan. Dia diduga menyembunyikan senapan kaliber tinggi, beberapa amunisi, dan bahan peledak.

Pihak berwenang menuduh ibu berusia 32 tahun itu sebagai anggota Tentara Rakyat Baru di bawah komunis yang beroperasi di Filipina utara.

Kerabat dan teman Echanis di Manila tidak suka merayakan Tahun Baru seperti dulu.

“Kami kehabisan alasan untuk merayakan,” kata Nen, teman masa kecil Echanis dan menambahkan dia khawatir tentang kondisi Randall di tahanan bersama ibunya.

“Sel tahanan tidak kondusif bagi ibu menyusui dan bayi baru lahir,” katanya.

- Newsletter -

Namun menurut Nen, calon ibu baptis anak itu, kondisi tu bukanlah yang terburuk di sel tahanan. Yang lebih parah adalah ketika pihak berwenang secara paksa memisahkan bayi dari ibunya.

Itu terjadi pada Oktober tahun lalu ketika bayi River Emmanuelle yang berusia 3 bulan meninggal karena gagal paru-paru akibat infeksi bakteri dan pneumonia.

Penasihat ibunya mengatakan kematian bayi itu bisa dicegah jika dia tidak dipisahkan dari ibunya, Reina Mae Nasino, seorang administrator komunitas miskin kota yang berusia 23 tahun.

Aktivis menggantung poster yang mendesak  pembebasan tanpa syarat aktivis Amanda Echanis selama konferensi pers di Quezon City,  9 Desember 2020. (Foto oleh Jire Carreon)

Pihak berwenang menangkap Reina Mae pada 5 November 2019, atas dugaan kepemilikan senjata api dan bahan peledak secara ilegal.

Pada saat ditangkap, dia sedang hamil. Dia melahirkan putrinya, Baby River Emmanuelle, di penjara.

“Pemerintah menolak mendapatkan ASI dari ibunya, yang seharusnya bisa membuatnya tetap sehat dan mencegah kematiannya yang terlalu dini,” kata pengacara Katherine Panguban dari Persatuan Pengacara Rakyat.

Panguban mengatakan kematian anak itu tidak akan terjadi seandainya pemerintah mengikuti hukum domestik dan internasional yang menganjurkan dan  mendorong pemberian ASI pada bayi.

UU Menyusui Filipina menyatakan bahwa lembaga publik dan swasta harus “menerapkan langkah-langkah yang akan memastikan pemberian ASI di wilayah yurisdiksi mereka”.

“Tidak ada dalam hukum yang membedakan dan mendiskriminasi terhadap bayi yang ibunya ditahan atau dirampas kebebasannya secara hukum,” kata pengacara itu.

Tahanan wanita dengan bayi baru lahir juga tercakup dalam Peraturan PBB untuk Perlakuan Terhadap Narapidana atau Tahanan Perempuan.

Peraturan yang disebut Bangkok Rules itu adalah seperangkat 70 aturan yang berfokus pada perlakuan terhadap pelanggar dan tahanan perempuan yang diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada 22 Desember 2010.

Akan tetapi Panguban mengatakan fasilitas penjara di Filipina dan kebijakan negara yang mencakup ibu menyusui di penjara “tidak bekerja untuk kepentingan terbaik anak-anak.”

Khawatir apa yang terjadi pada Reina Mae akan menimpa Echanis, para sahabat dan anggota keluarga dari “Jaringan Amanda Echanis Gratis” menyerukan agar ia segera dibebaskan dan tanpa syarat.

Echanis juga merupakan salah satu tahanan politik termuda ketika orang tuanya, keduanya aktivis, ditangkap dan ditahan pada tahun 1990. Dia baru berusia dua tahun saat itu.

Saat itu, pasangan yang ditangkap itu tetap bersama sampai istrinya dibebaskan lebih dahulu “sehingga dia bisa mengurus keluarga mereka dan suaminya yang masih dipenjara.”

Echanis tinggal di fasilitas penahanan selama enam bulan dan dibebaskan bersama ibunya, Erlinda, pada tahun 1991.

Nama Randall Emmanuel diambil dari nama kakeknya, pemimpin kelompok petani kawakan dan aktivis Randall “Randy” Echanis yang ditemukan tewas di dalam sebuah rumah kontrakan di Quezon City pada 10 Agustus 2020.

Nasib bayi Randall Emmanuel di selnya tidak pasti. yang jelas dia telah menjadi korban dari sistem yang dilawan oleh kakek dan paman ibunya.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: yourvoice@licas.news

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Exit mobile version