Seorang wartawan berita tewas setelah ditembak beberapa kali di wilayah Mindanao, Filipina selatan, pada Sabtu (30/10).
Orlando Dinoy, seorang reporter media online Newsline Philippines dan pembawa berita untuk radio Energy FM, ditembak enam kali oleh seorang pria bersenjata yang menerobos masuk ke apartemennya di kota Bansalan.
“Salah satu kemungkinan yang kami lihat adalah terkait pekerjaannya sebagai seorang awak media… tapi sejauh ini tidak ada yang bisa memberi kami petunjuk konkret,” kata kepala polisi setempat Mayor Peter Glenn Ipong.
Dinoy adalah jurnalis ke-21 yang terbunuh sejak Presiden Rodrigo Duterte mengambil alih kekuasaan pada 2016, kata Persatuan Jurnalis Nasional Filipina.
Kepala Kepolisian Filipina Jenderal Guillermo Eleazar memerintahkan penyelidikan menyeluruh atas kasus ini, dan berjanji untuk melindungi media dari seranga
Laporan bulan ini oleh Komite Perlindungan Jurnalis yang berbasis di New York menempatkan Filipina pada peringkat ketujuh dalam Indeks Impunitas Global, dengan 13 pembunuhan terhadap wartawan masih belum terpecahkan.
Negara ini telah berada dalam indeks tahunan ini sejak dimulai pada tahun 2008.
Joel Sy Egco, direktur eksekutif Satuan Tugas Presiden untuk Media, mengatakan pemerintah mengecam kejahatan keji ini.
“Bahkan jika motifnya adalah masalah pribadi sekalipun, satuan tugas akan memastikan bahwa keadilan akan diberikan kepada mereka yang bertanggung jawab atas kematian Dinoy,” kata Egco dalam sebuah pernyataan.
Ia mengatakan para penyelidik sudah memiliki “petunjuk kuat mengenai pelaku” serangan itu.
Edith Caduaya, presiden Dewan Pers Independen Mindanao, mengatakan korban bukanlah penyiar atau reporter yang keras dan, sejauh yang dia tahu, tidak memiliki musuh pribadi.
Dalam sebuah pernyataan kepada gugus tugas, Caduaya mengatakan korban bertengkar dengan orang lain sebelum serangan. Dinoy juga dilaporkan didesak untuk mencalonkan diri sebagai wakil walikota. –Ditambah dengan laporan dari AFP
