Home LiCAS.news Bahasa Indonesia News (Bahasa) Para imam, pastor harus menemukan cara baru menjadi Gereja

Para imam, pastor harus menemukan cara baru menjadi Gereja

Kompetensi dalam bidang teknologi dan dasar yang kokoh pada doktrin diperlukan bagi para pastor untuk menjadi efektif di era media sosial

Para pakar dan pegiat komunikasi meminta para pemimpin Gereja untuk memberikan rrasa beriman yang lebih dalam dan berenergi’ terutama selama pandemi.

Dalam forum online bertajuk “Pastor Digital di Tengah Pandemi COVID-19” pada 6 November, para komunikator Gereja diingatkan tentang penggunaan teknologi baru dalam penginjilan.

Tidak hanya sekadar menyediakan konten, tanggapan Gereja terhadap krisis kesehatan global harus menjadi salah satu yang membangun “rasa kebersamaan,” kata Suster Angela Ann Zukowski, direktur Institut Inisiatif Pastoral Universitas Dayton.

Anggota tarekat Mision Helper of the Sacred Heart itu mengatakan orang muda yang paham teknologi dan ‘kebijaksanaan’ harus berkumpul untuk menemukan cara baru “menjadi Gereja” dalam konteks misionaris baru.




Pastor Paul Soukup, SJ dari Universitas Santa Clara di Amerika Serikat mengatakan para pastor digital harus terbuka terhadap gagasan dan bersedia mendengarkan, terutama kepada orang-orang yang mereka layani.

Ia mengatakan kompetensi teknologi serta landasan yang kuat pada doktrin diperlukan, tetapi para pastor juga harus “menguji dan mencoba” apa yang bisa berhasil dalam hal menggembalakan dan memberikan pelayanan secara online.

Pastor Soukup, konsultan komunikasi Konferensi Waligereja Amerika Serikat, mengatakan bahwa merawat iman, khususnya dalam situasi krisis, adalah penting.

- Newsletter -

Pastor digital harus menawarkan masukan kreatif untuk “indra” manusia, seperti pendengaran, karena masukan yang sama akan berkembang menjadi cerita pengalaman seseorang akan Tuhan.

Identitas masyarakat terbentuk melalui sosialisasi, menambahkan bahwa ini membuat peran para pastor digital menjadi semakin penting dalam membentuk dan memelihara iman.

Dr Chainarong Monthienvichienchai dari Universitas Saint John di Thailand mengatakan bahwa memasuki era pascapandemi, para imam harus dapat membawa semua pembelajaran mereka selama krisis kesehatan ini.

“Kita harus terus menggunakan keajaiban teknologi modern dalam Gereja sinodal,” kata rektor lembaga Katolik terkemuka Thailand yang juga salah satu pendiri LiCAS.news.

Ia mengatakan memanfaatkan teknologi baru akan menghasilkan persekutuan yang lebih dalam untuk misi kita di dunia.

Para ahli komunikasi sepakat bahwa pandemi membawa kerinduan yang lebih kuat akan yang ilahi dan yang suci.

Sementara itu, Bernard Canaberal, kepala jaringan media Katolik Signis di Filipina, mengatakan media Gereja harus menyiarkan konten yang mencerminkan kebutuhan dan situasi yang dirasakan orang.

Mary Erika Bolanos, seorang kepala sekolah menengah atas di Filipina, mengatakan “menjadi Gereja” di era pandemi dan media sosial melampaui institusi atau gedung.

Ia menekankan perlunya keterampilan baru bagi para pastor untuk membangun kehadiran digital yang dibentuk oleh pertemuan dengan sang Gembala Baik.

Webinar yang diselenggarakan oleh Kantor Komunikasi Sosial Federasi Konferensi Waligereja Asia (FABC) dan Institut Komunikasi Sosial Veritas Asia, dihadiri oleh hampir 200 anggota klerus, guru agama dan direktur komunikasi sosial Gereja. – Ditambah laporan dari Anthony Roman

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: yourvoice@licas.news

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Exit mobile version