Kantor Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dilaporkan telah meminta Paus Fransiskus untuk bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di zona demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea pada akhir kunjungannya ke Jepang pada 26 November.
Seorang pejabat pemerintah menyampaikan undangan pada bulan Juli melalui Uskup Agung Alfred Xuereb, nuncio apostolik untuk Korea Selatan dan Mongolia, menurut surat kabar Chosun Ilbo, mengutip orang-orang yang akrab dengan urusan ini.
Hal tersebut menyusul permintaan serupa yang dibuat oleh Moon setelah Dewan Kepausan untuk Mempromosikan Persatuan Umat Kristiani selama kunjungan ke Kota Vatikan pada Oktober tahun lalu, kata laporan itu.
Moon, seorang Katolik, dilaporkan meneruskan undangan dari pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un untuk mengunjungi negara tertutup itu.
Undangan itu datang di tengah upaya pembangunan perdamaian tahun lalu oleh kedua pemimpin Korea dan upaya Kim untuk mendorong pengakuan global yang lebih besar.
Dalam pertemuan puncak antara Moon dan Kim pada awal September, pemimpin Korea Utara itu mengatakan dia akan “dengan antusias menyambut paus jika dia mengunjungi Pyongyang.”
Vatikan mengatakan pada saat itu bahwa Paus Fransiskus akan dengan serius mempertimbangkan untuk melakukan kunjungan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke Korea Utara, tetapi beberapa syarat harus dipenuhi.
“Begitu kita mulai berpikir dengan sungguh-sungguh tentang kemungkinan melakukan perjalanan ini, maka kita harus memikirkan kondisi di mana perjalanan itu dapat terjadi,” kata Sekretaris Negara Vatikan, Kardinal Pietro Parolin, kepada wartawan.
Saat ini, tidak ada hubungan diplomatik antara Vatikan dan Korea Utara.
Kantor Moon belum menerima tanggapan yang dikonfirmasi tentang undangan untuk bertemu Kim di perbatasan, menurut laporan Chosun Ilbo.
Menurut Open Doors, sebuah lembaga non-denominasi, ada 300.000 orang Kristen di Korea Utara dan mereka menghadapi tingkat penganiayaan ekstrem dari negara komunis.