Home LiCAS.news Bahasa Indonesia News (Bahasa) Gereja desak pemerintah Filipina gunakan pendekatan medis dalam menangani pandemi

Gereja desak pemerintah Filipina gunakan pendekatan medis dalam menangani pandemi

Kelompok masyarakat sipil meminta pemerintah Filipina untuk mengubah pendekatannya dengan membiarkan profesional medis memimpin dalam menanggapi pandemi virus corona.

Mereka mengatakan bahwa negara hanya akan terus “kalah dalam pertempuran” melawan penyakit jika pemerintah terus menggunakan “pendekatan militer” daripada “solusi medis” untuk mengatasi krisis kesehatan ini.

Uskup San Carlos Mgr Gerardo Alminaza mengatakan pemerintah harus menghentikan tanggapan militer yang telah menghabiskan uang miliaran namun tidak efektif.




Pada 1 Agustus, perkumpulan medis negara itu meminta waktu istirahat dua minggu untuk mengatasi kekurangan tenaga kesehatan, kegagalan menemukan dan mengisolasi kasus , kegagalan pelacakan dan karantina kontak, keselamatan transportasi, dan kepatuhan publik tentang keselamatan tempat kerja.

Uskup Alminaza mengatakan seruan dari para petugas medis itu nyata.

“Mereka ingin menyembuhkan negara kita, mereka ingin kita bebas dari virus, dan yang lebih penting, mereka ingin kita mengambil ‘waktu untuk istirahat’ dari ketakutan kita akan COVID-19,” katanya.

“Sangat tidak produktif bagi pemerintah kita, jika tidak mengindahkan seruan mereka, dan masih keras kepala dengan mengorbankan keselamatan kesehatan kita dan penderitaan pekerja garis depan kita,” tambah uskup.

Polisi bersenjata menjaga pos pemeriksaan karantina saat lockdown untuk mengekang penyebaran penyakit virus korona baru di Navotas, Metro Manila, Filipina, 6 Agustus (Foto oleh Eloisa Lopez / Reuters)
- Newsletter -

Dia mengatakan juga “kontra-produktif” untuk merekrut dokter dan perawat dengan cara militer tanpa jaminan kompensasi dan bantuan kemanusiaan yang adil.

Uskup Alminaza mengatakan adalah bertentangan dengan bangsa Filipina jika tidak mendengarkan dan menanggapi “tangisan” dari para medis garis depan.

“Sebagai gembala umat Allah, saya menyatu dengan petugas medis kita dalam seruan mereka dan memuji pelayanan heroik mereka terus menerus bagi rakyat Filipina,” katanya.

Biarkan dokter memimpin

Dokter Gene Nisperos, dosen Fakultas Kedokteran Universitas Filipina, mengatakan seruan para profesional kesehatan menjadi pengingat bagi pemerintah untuk “mengevaluasi dan meninjau kembali” rencananya.

“[Pemerintah] ingin kita mengikuti pedoman, tapi tidak ada rencana yang disampaikan ke publik,” katanya. “Dimana kita sekarang?” tambah dokter itu.

Dia mengatakan pemerintah seharusnya tidak membiarkan orang-orang yang tidak mengerti pandemi memimpin upaya tanggap krisis kesehatan.

“Jika Anda berada di bidang medis, prioritas Anda adalah menyelamatkan nyawa, tidak seperti yang terjadi sekarang karena tanggapan kita sangat menghukum,” kata Dokter Nisperos.



Dia mengatakan bahwa pemerintah tampaknya sudah terbiasa dengan “metafora perang” dengan membiarkan “pola pikir militer atau polisi menjadi ujung tombak dalam menghadapi COVID-19.

Dia memperingatkan bahwa strategi tersebut hanya akan mengarah pada “penganiayaan terhadap orang sakit.”

Pada 3 Agustus, Second Opinion PH, sebuah sekelompok pekerja kesehatan dan profesional, mendesak “pemberhentian segera” Sekretaris Kesehatan Francisco Duque dan militer pada Satuan Tugas Antar-Lembaga untuk Penangangan Penyakit Menular.

Para pekerja kesehatan meminta pemerintah untuk mengganti militer dengan profesional dari bidang kesehatan dan bidang terkait yang dapat melakukan rencana aksi terpadu di bawah kepemimpinan terpusat.

Dalam pernyataannya, kelompok tersebut mengatakan bahwa jika mereka menerapkan karantina, itu harus menjadi ‘karantina medis,’ dengan petugas kesehatan yang memimpin dan dengan tujuan dan hasil kesehatan yang jelas.

“Untuk benar-benar memberi manfaat bagi petugas pelayanan kesehatan kami yang sudah terbebani, kerangka kerja baru dan arahan kepemimpinan baru dari yang kita miliki saat ini sangat mendesak,” bunyi pernyataan itu.

Kelompok itu juga menyerukan perekrutan pekerja kesehatan tambahan yang aktif dan agresif, dan mendesak pemerintah untuk memberikan lebih banyak dukungan dan perlindungan kepada mereka.

Kelompok tersebut mengatakan “prioritas yang salah” yang diambil pemerintah telah menyebabkan kematian beberapa petugas kesehatan.

Duterte telah menyetujui penerapan karantina komunitas yang diperluas selama 14 hari di ibu kota negara dan di provinsi terdekat dari 4 hingga 18 Agustus.

Pada 6 Agustus, Filipina mencatat total 119,460 kasus COVID-19 yang terkonfirmasi dengan 66,837 kesembuhan dan 2,150 kematian.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: yourvoice@licas.news

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Exit mobile version