Home LiCAS.news Bahasa Indonesia Features (Bahasa) Pemerkosaan, pembunuhan wanita 'kasta rendah' memicu kemarahan di India

Pemerkosaan, pembunuhan wanita ‘kasta rendah’ memicu kemarahan di India

Seorang wanita muda Dalit meninggal karena luka-luka setelah diduga diperkosa secara brutal oleh pria dari kasta tinggi di India utara yang memicu kemarahan besar.

Menurut polisi, wanita berusia 19 tahun dan ibunya sedang mengumpulkan makanan ketika empat pria menyeretnya dengan dupatta (kain panjang yang dikenakan di leher) ke lapangan dan diduga melakukan pelecehan seksual terhadap gadis itu.

Wanita ‘kasta rendah’ itu kemudian ditinggalkan dengan luka parah di leher dan tulang punggungnya.

Orang-orang yang diduga melakukan serangan itu berasal dari distrik yang sama dengan korban di negara bagian Uttar Pradesh.




Orang-orang yang diduga melakukan serangan itu berasal dari distrik yang sama dengan korban di negara bagian Uttar Pradesh.

Saudara dari korban membawanya ke kantor polisi untuk membuat laporan pengaduan, tetapi petugas polisi menolak untuk mendaftarkan laporan itu. Lima polisi, termasuk kantor polisi yang bertanggung jawab atas kasus itu telah diskors karena melalaikan tugas.

Remaja itu pertama kali dirawat di Jawaharlal Nehru Medical College di Aligarh, tetapi ketika kondisinya memburuk, dia dipindahkan ke Rumah Sakit Safdarjung di Delhi pada 28 September di mana dia meninggal keesokan harinya.

- Newsletter -

Sebelum meninggal, korban menyebut Sandeep Singh, Luvkush Singh, Ramu Singh dan Ravi Singh sebagai pelaku kejahatan tersebut. Keempat tertuduh – yang berasal dari Thakur atau kasta atas dalam hierarki Hindu – telah ditangkap.

Polisi mengantar jenazah gadis muda itu ke desanya dengan ambulans dan tanpa persetujuan anggota keluarga, mereka mengkremasi jenazahnya tengah malam di lapangan terbuka setelah menghalangi keluarga korban di rumah mereka.

Keluarga korban mengklaim bahwa mereka tidak menghendaki jenazah putri mereka dikremasi.

Pendukung partai Kongres oposisi utama India meneriakkan slogan-slogan selama protes pasca kematian seorang korban pemerkosaan, di Kolkata, 2 Oktober (Foto oleh Rupak De Chowdhuri/Reuters)

“Kami memberi tahu pihak administrasi bahwa kami ingin mengkremasi dia di pagi hari sesuai dengan ritual Hindu, tetapi mereka tidak mendengarkan kami. Mereka mengunci kami di dalam rumah dan membakar tubuhnya,” kata saudara laki-laki gadis itu kepada Al Jazeera.

Keluarga tersebut mengatakan pihak berwenang tidak mengizinkan mereka untuk melihat wajah wanita muda itu untuk terakhir kali.

“Korban COVID pun memiliki hak untuk mendapatkan pemakaman yang bermartabat, namun apa yang dilakukan polisi sangat tidak peka terhadap manusia,” kata Pastor Suresh Mathew, editor mingguan Indian Currents.

Prashant Kumar, direktur jenderal, Hukum dan Ketertiban, mengatakan persetujuan keluarga diambil sebelum kremasi yang diadakan pada malam hari untuk menghindari situasi hukum dan ketertiban.




Pengadilan Tinggi Allahabad menyebut kremasi yang tergesa-gesa “mengabaikan protokol dan kesewenang-wenangan oleh polisi”. Menyatakan bahwa “insiden tersebut telah mengejutkan hati nurani kami” pengadilan meminta keluarga korban, pejabat administrasi dan polisi tertinggi untuk menghadapi sidang pada 12 Oktober.

Polisi juga dituduh mengintimidasi keluarga tersebut agar berhenti berbicara kepada media. Seorang petugas polisi mengatakan bahwa media telah dilarang masuk desa sehingga penyelidikan tidak terhambat. Polisi negara bagian juga melarang anggota partai oposisi bertemu dengan keluarga korban.

“Hampir tidak ada perlindungan bagi perempuan. Penjahat secara terbuka melakukan kejahatan, “Priyanka Gandhi Vadra, pemimpin partai oposisi Kongres, mengatakan di Twitter tentang kejahatan tersebut.

Berita tentang insiden tersebut telah menimbulkan gelombang kemarahan di seluruh negera dengan protes yang diadakan, di antaranya protes besar-besaran di Delhi pada 2 Oktober.

Aksi protes bahkan diadakan di luar India dengan sekitar 50 orang memegang plakat dan slogan menuntut persidangan cepat dan keadilan bagi keluarga korban pada rapat umum yang diadakan di luar markas besar PBB di New York, 4 Oktober.

Polisi menahan demonstran dalam aksi protes pasca  kematian seorang korban pemerkosaan, di Universitas Delhi, di New Delhi, 1 Oktober (Foto oleh Anushree Fadnavis / Reuters).

Mendapat kecaman karena penanganan insiden tersebut, pemerintah Uttar Pradesh menyebutnya sebagai “plot internasional” yang dibuat untuk mencemarkan nama baik pemerintah dan telah memerintahkan penyelidikan.

Sekitar 20 persen dari sekitar 200 juta orang yang tinggal di Uttar Pradesh dianggap Dalit yang pernah disebut sebagai “tak tersentuh”, orang-orang di titik terendah dalam sistem kasta India. Wanita Dalit sebagian besar adalah buruh tani atau pemulung.

Menurut laporan Biro Catatan Kejahatan Nasional, 3.500 wanita Dalit diperkosa di seluruh India tahun lalu, sementara di Uttar Pradesh saja, lebih dari 500 wanita Dalit mengalami pelecehan seksual.

Minggu lalu, Uttar Pradesh melaporkan kasus lain di mana seorang wanita Dalit berusia 22 tahun diperkosa dan dibunuh di distrik Balrampur di negara bagian itu pada 29 September. Dia juga dikremasi pada dini hari tanggal 30 September oleh polisi.

Laporan kelompok HAM Human Rights Watch mengatakan bahwa tuan tanah dan polisi telah menggunakan kekerasan seksual dan bentuk kekerasan lain terhadap perempuan Dalit untuk menekan agar tidak bersuara.

Anuradha Banerjee, seorang profesor di Universitas Jawaharlal Nehru, mengatakan wanita dan anak perempuan di India secara tradisional menderita karena gender dan ketidaksetaraan lainnya.

“Dalam kasus perempuan Dalit, mereka mengalami penindasan tiga kali lipat karena kasta, kelas dan gender,” katanya.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: yourvoice@licas.news

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Exit mobile version