Uskup Broderick Pabillo, administrator apostolik Keuskupan Agung Manila mengecam “kondisi tidak manusiawi” rumah tahanan dan penjara di negara itu.
Prelatus itu menggambarkan situasi itu “menyedihkan dan menyebalkan” saat umat Katolik Filipina menandai Hari Minggu Kesadaran Penjara.
“[Penjara] tidak memiliki layanan dasar, kotor, sangat padat, dan (para tahanan) dieksploitasi,” kata prelatus itu pada 25 Oktober. “Penjara seharusnya menjadi fasilitas rehabilitasi, tetapi orang-orang di sana tidak direhabilitasi sama sekali,” katanya.
“Program rehabilitasi sangat sedikit,” kata prelatus itu seraya mengimbau umat beriman untuk memperhatikan mereka yang berada di penjara, terutama di tengah pandemi virus corona.
“Mereka juga sesama manusia yang harus kita perhatikan dan rawat,” ujarnya.
“Mereka membutuhkan bantuan kita. Mereka sangat menghargai bantuan kita bahkan sepotong sabun atau pasta gigi,” tambah prelatus itu.
Dia mengatakan banyak dari mereka yang berada di penjara “berada di sana karena mereka adalah korban ketidakadilan.” “Banyak dari mereka yang miskin dan dituduh secara salah,” katanya, dan menambahkan bahwa “tahanan politik adalah contohnya.”
“Ada ratusan narapidana yang berada di sana karena keyakinan politik mereka dan mereka adalah korban ketidakadilan yang dilakukan oleh penegak hukum yang menanam bukti dan menciptakan kasus terhadap mereka,” kata uskup itu.
Kelompok hak asasi manusia mengklaim bahwa setidaknya ada 609 tahanan politik yang saat ini ditahan di berbagai penjara di seluruh negera itu, sekurangnya 63 di antaranya dianggap sakit-sakitan sementara 47 orang lanjut usia.
Desakan untuk mengurai kepadatan
Sebuah kelompok relawan berbasis agama pada 25 Oktober menyerukan upaya bersama untuk membantu meringankan kepadatan yang menyedihkan di tahanan dan penjara negara.
Relawan Pelayanan Penjara (VIPS) mengatakan langkah-langkah untuk menghindari infeksi COVID-19 di antara orang-orang yang dirampas hak-haknya mungkin tidak cukup untuk mencegah penyebaran penyakit.
“Bagaimana [narapidana] bisa mengikuti jarak sosial jika mereka begitu padat?” kata Gerry Bernabe, koordinator nasional VIPS, sebuah program di bawah Komisi Episkopal Reksa Pastoral Penjara dari konferensi para uskup Filipina.
Tingkat kepadatan di penjara-penjara negara itu sekarang lebih dari 500 persen, membuat fasilitas penjara menjadi sarang infeksi.
Bernabe mengatakan tidak ada pilihan lain selain membuat penjara menjadi longgar dengan meninjau kasus narapidana dan dengan membebaskan mereka yang melakukan pelanggaran ringan atau mereka yang kasusnya dapat ditebus.
“Beberapa sidang pengadilan telah ditangguhkan karena situasi tersebut. Jadi bisa dibayangkan, mereka memasukkan semakin banyak orang ke dalam penjara, tetapi tidak ada yang keluar, ”tambah Bernabe.
Komisi Hak Asasi Manusia juga mendesak pengurangan demografis di penjara.
Pengacara Jacqueline Ann de Guia, juru bicara komisi, mengatakan pengampunan dan grasi “harus diberikan secara adil berdasarkan alasan yang objektif dan penuh kasih.”
Dampak pandemi
Biro Manajemen Penjara dan Penologi mengumumkan pada bulan Maret penangguhan sementara kunjungan penjara, yang menurut Bernabe mungkin berdampak negatif pada tahanan.
Tidak ada pengunjung berarti berkurangnya persediaan makanan yang dapat menyebabkan narapidana marah, katanya, menambahkan bahwa beberapa minggu lalu, kerusuhan terjadi di Penjara New Bilibid, yang mengakibatkan sembilan korban jiwa.
“Mungkin ada insiden kecil yang memicu kerusuhan. Saya yakin ini salah satu efek kebosanan di dalam penjara, ”kata Bernabe.
Sementara VIPS melakukan yang terbaik untuk melanjutkan misinya meskipun ada tantangan akibat pandemi, sukarelawannya terus memberikan bantuan.
“Kami masuk ke dalam, berbicara dengan narapidana, dan mengenal mereka dan mengatui masalah mereka,” tambahnya.
Namun, akhir-akhir ini, para sukarelawan yang kebanyakan dari mereka adalah lansia, harus belajar menggunakan aplikasi dan strategi online lainnya untuk menjangkau narapidana.
Tema Pekan Kesadaran Penjara tahun ini adalah “Memulihkan Harapan dan Penyembuhan selama Masa Pandemi dengan Cinta Tuhan yang Membarui Tanpa Syarat.”
Bernabe mengatakan kebanyakan orang percaya bahwa narapidana pantas untuk tetap di penjara karena mereka adalah penjahat, tetapi mereka berharap untuk mengubah pola pikir ini.
“Inti sebenarnya dari penjara adalah benar-benar untuk penyembuhan, bukan hukuman,” ujarnya.
Pekan Kesadaran Penjara Nasional diperingati setiap tahun untuk mengingatkan orang Filipina agar memperhatikan situasi narapidana di negara tersebut.
Jaimie Aberia turut berkontribusi pada laporan ini.