Home LiCAS.news Bahasa Indonesia News (Bahasa) PM Pakistan minta negara Muslim menekan Barat agar terapkan UU anti penistaan

PM Pakistan minta negara Muslim menekan Barat agar terapkan UU anti penistaan

Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mendesak para pemimpin Muslim untuk menekan negara-negara Barat agar menerapkan undang-undang anti-penistaan agama.

“Bersama-sama, kita harus meminta Eropa, Uni Eropa dan PBB untuk berhenti menyakiti perasaan 1,25 miliar Muslim, seperti yang tidak mereka lakukan terhadap Yahudi,” kata Khan seperti dilaporkan Dawn pekan ini.

Protes menentang Prancis meletus di Pakistan dalam beberapa pekan terakhir saat parlemen berupaya untuk mengusir duta besar Prancis dari negara itu.




Sebuah kelompok Islam yang dilarang mendesak Pakistan untuk mengusir duta besar sebagai balasan atas publikasi kartun tentang Nabi Muhammad di Prancis.

Khan mengingatkan bahwa Pakistan berisiko mengalami kerugian jika mengusir utusan Prancis itu, karena separuh ekspor negara itu dijual ke Uni Eropa.

“Saya ingin negara-negara Muslim menyusun tindakan bersama atas masalah penistaan agama dengan peringatan boikot perdagangan dengan negara-negara di mana insiden seperti itu terjadi,” kata Khan pada 26 April.

Ia mengatakan cara itu akan menjadi “cara paling efektif untuk mencapai tujuan” untuk mengakhiri pernyataan yang akan melukai perasaan umat Islam.

Khan mengatakan pemerintahnya telah berbicara dengan negara-negara Muslim untuk menekan Barat. Ia mengatakan mengancam pemerintahnya untuk mengusir duta besar Prancis bukanlah solusi.

- Newsletter -

Awal bulan ini, Pakistan menangkap pemimpin kelompok Tehrik-e-Labaik Pakistan setelah melakukan protes keras untuk menekan pemerintah agar mengusir perwakilan Prancis itu.

Selamat bentrokan yang berlangsung selama sepekan, 4 petugas polisi tewas, 11 disandera dan lebih dari 800 luka-luka, banyak di antaranya mengalami luka parah.

Supporters of the banned Islamist political party Tehrik-e-Labaik Pakistan (TLP) block a road during a protest in Lahore, Pakistan April 18. (Reuters photo)

Dalam pembicaraan berikutnya, pemerintah setuju untuk memberikan resolusi di hadapan parlemen tentang opsi mengusir duta besar untuk mengakhiri protes.

Hubungan antara Paris dan Islamabad menjadi semakin tegang setelah Presiden Emmanuel Macron memberikan penghormatan pada akhir tahun lalu kepada seorang guru bahasa Prancis yang dipenggal oleh seorang pria asal Chechnya karena menunjukkan kepada siswa sebuah kartun tentang kebebasan berbicara yang menggambarkan Nabi.

Banyak Muslim menganggap kartun seperti itu menista agama Islam. Macron berpendapat bahwa kebebasan berbicara adalah hak fundamental di Prancis.

Saat itu, protes meletus di dunia Muslim, termasuk yang dipimpin oleh kelompok Islam yang menutup jalan raya utama menuju Islamabad sampai pemerintah Khan setuju untuk mendukung boikot produk Prancis dan mengusir perwakilannya di negara itu.

Undang-undang penistaan agama Pakistan menyiratkan hukuman mati wajib namun belum pernah dijalankan.

Amnesty International mengatakan undang-undang tersebut tidak sesuai dengan hukum hak asasi manusia internasional, karena terlalu luas, tidak jelas dan memaksa.

Seringkali tuduhan penistaan agama digunakan untuk mengintimidasi agama minoritas dan untuk menyelesaikan masalah pribadi di Pakistan.

Saat ini, 24 orang Kristen dipenjara atas tuduhan penistaan agama di Pakistan.  Kebanyakan dari mereka yang dituduh melakukan penistaan agama berasal dari minoritas Muslim Ahmadi, yang dipandang oleh banyak Muslim di Pakistan sebagai bidah.

Salah satu kasus yang paling terkenal di masal lalu adalah kasus Asia Bibi, seorang wanita Katolik yang dipenjara selama delapan tahun karena tuduhan penistaan agama palsu. Bulan Oktober 2018, ia dibebaskan dan sekarang tinggal di luar negeri.

Tambahan dari Reuters

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: yourvoice@licas.news

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Exit mobile version