Konferensi Waligereja Filipina melalui Program Laudato Si Nasional menyambut baik keputusan Majelis Rendah di Kongres untuk menghentikan proyek bendungan di wilayah leluhur masyarakat adat.
Badan itu “memuji langkah … untuk mengeluarkan resolusi penghentian dan penolakan terhadap para pendukung proyek Bendungan Sumber Air Kaliwa.”
Pada tanggal 9 Juni, Komite Komunitas Budaya dan Masyarakat Adat Dewan Perwakilan Rakyat Filipina memerintahkan Metropolitan Waterworks and Sewerage System dan kontraktor proyek itu untuk tidak melanjutkan konstruksi pada bendungan yang diusulkan.
Komite DPR mencatat bahwa para pendukung proyek bendungan itu tidak mendapatkan persetujuan dari komunitas suku Dumagat yang dilaporkan terancam disingkirkan karena proyek tersebut.
Dalam sebuah pernyataan, Uskup Jose Colin Bagaforo, ketua Komisi Aksi Sosial, Keadilan, dan Perdamaian, menegaskan kembali pendirian hierarki Gereja lokal bahwa proyek bendungan besar itu “bertentangan dengan pembangunan inklusif.”
Uskup itu menjelaskan bahwa Gereja Katolik “tidak menentang pembangunan selama itu tidak mengorbankan kebaikan bersama.”
“Masyarakat adat, komunitas, dan lingkungan tidak boleh dikorbankan demi pembangunan yang hanya akan menguntungkan kepentingan bisnis besar,” kata uskup yang juga mengepalai Program Laudato Si Nasional itu.
Uskup Bagaforo mengatakan negara “harus menghormati masyarakat adat sebagai penjaga keanekaragaman hayati negara yang tersisa dan yang memiliki semua hak untuk melindungi wilayah leluhur mereka.”
Prelatus itu mendesak pemerintah nasional untuk memprioritaskan proyek-proyek yang berkelanjutan secara ekologis dan “mengakhiri semua program yang akan merusak lingkungan dan memengaruhi kehidupan masyarakat.”
Proyek Bendungan Kaliwa yang diusulkan pemerintah pada tahun 2012 merupakan salah satu dari sejumlah proyek penyediaan air baku di hulu Sungai Kaliwa.
Proyek tersebut dibiayai dengan pinjaman sebesar US$235,9 juta dari Tiongkok .
Bendungan yang diusulkan merupakan bagian dari program “Sumber Air Centennial Baru”, yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan kekurangan air yang berkepanjangan bagi hampir 13 juta penduduk Metro Manila.
Proyek bendungan dilaporkan mengancam akan menggusur setidaknya 11.000 keluarga yang tinggal di tanah seluas 28.000 hektar, belum termasuk mereka yang tinggal di kota-kota yang lebih maju.
Bendungan oti juga akan menenggelamkan hampir 300 hektar ekosistem hutan, mengancam 126 spesies endemik, dan spesies tumbuhan dan satwa liar yang terancam punah.