Home LiCAS.news Bahasa Indonesia Church & Society (Bahasa) Katolik di Bangladesh diminta berdoa untuk kanonisasi Mgr Anguly

Katolik di Bangladesh diminta berdoa untuk kanonisasi Mgr Anguly

Umat Katolik di Bangladesh memperingati 44 tahun kematian Uskup Agung Theotonius Amal Ganguly yang telah dinyatakan sebagai "Hamba Tuhan"

Uskup Agung Dhaka meminta umat Katolik di Bangladesh untuk berdoa untuk proses kanonisasi mendiang Uskup Agung Theotonius Amal Ganguly yang telah dinyatakan sebagai Hamba Tuhan.

“Kita harus terus berdoa dan mewartajab kabar gembira. Jika semua orang berdoa dengan hati yang penuh iman, Tuhan akan mendengar doanya,” kata Uskup Agung Dhaka Mgr Bejoy Nicephorus D’Cruze.

Hal itu disampaikannya saat memimpin Misa peringatan kematian ke-44 Uskup Agung Ganguly di Gereja Katedral St. Maria di Dhaka pada 2 September 2021.




Uskup Agung D’Cruze mengatakan bahwa jika almarhum dijadikan santo, “dia akan menjadi teladan iman dan kekudusan kita.”

“Dengan mengikutinya, kita pun akan masuk ke dalam kehidupan Kristiani yang mendalam dan hidup dalam kekudusan,” kata uskup agung itu dalam homilinya.

Prelatus itu mengatakan mantan uskup itu akan menjadi ikon Kristen di negara berpenduduk mayoritas Muslim itu. “[Dia] akan menerangi citra komunitas Kristiani. Kehidupannya yang suci adalah teladan bagi kita,” tambahnya.

Uskup Agung D’Cruze mendesak umat beriman untuk “belajar lebih banyak tentang hidupnya dan mengikuti cita-citanya untuk menjadi orang Kristen yang lebih baik dan ideal.”

Uskup Agung Ganguly lahir di Hashnabad, sekarang Bangladesh, pada 18 Februari 1920, pada hari raya santo pelindungnya, St. Theotonius.

- Newsletter -

Keluarganya menambahkan nama Amal, bahasa Bengali, yang berarti bersih atau murni.

Setelah dididik oleh Bruder Salib Suci di Sekolah Menengah Salib Suci di Bandura, Theotonius mengikuti pendidikan di Seminari St. Albertus di Ranchi, Bihard, India.

Paus Fransiskus mengunjungi makam mendiang Uskup Agung Theotonius Amal Ganguly di Dhaka saat berkunjung ke Bangladesh pada tahun 2017. (Foto milik Generalat Salib Suci)

Ia ditahbiskan menjadi imam Keuskupan Agung Dhaka pada 6 Juni 1946.

Pada tahun 1947, Ganguly mengikuti kuliah di Universitas Notre Dame di Amerika Serikat. Ia lulus dengan gelar Doktor dalam bidang Filsafat pada tahun 1951, menjadikannya orang Kristen Bengali pertama yang menerima gelar doktor.

Itu menjadi yang pertama sejumlah keutamaan dalam kehidupan Ganguly dan bagi komunitas Katolik di Bangladesh.

Selama di Notre Dame, ia menjadi lebih dekat dengan Ordo  Salib Suci dan memutuskan untuk bergabung. Ia mengikuti novisiat di Jordan, Minnesota, dan mengikrarkan kaul pertamanya pada 16 Agustus 1952.

Pada 3 September 1960, Paus Yohanes XXIII menunjuk Pastor Ganguly sebagai Uskup Pembantu bagi Uskup Agung Lawrence L. Graner di Keuskupan Agung Dhaka.

Ditahbiskan menjadi uskup pada 7 Oktober 1960, ia menjadi uskup Bengali pertama.

Pada 6 Juli 1965, ia diangkat sebagai koajutor Uskup Agung Graner, dan ketika uskup agung itu pensiun pada 23 November 1967, Mgr Ganguly menjadi Uskup Agung Dhaka.

Uskup Agung Ganguly dikenal karena religiusitas dan kelembutannya saat ia menggembalakan keuskupan agung Dhaka melalui masa-masa sulit perang kemerdekaan Bangladesh pada tahun 1971.

Uskup Agung itu meninggal mendadak akibat serangan jantung pada 2 September 1977.

Keuskupan Agung Dhaka membuka Penyebab Kesucian Uskup Agung Ganguly pada bulan September 2006, dengan demikian menyatakannya sebagai “Hamba Tuhan.”

Proses di ditingkat keuskupan ditutup pada 19 April 2018.

Paus Fransiskus memberkati makam Uskup Agung Ganguly di kompleks Katedral St. Maria di Dhaka saat mengadakan kunjungan ke Bangladesh pada tahun 2017. – Ditambah laporan oleh Nikhil Gomez dari RVA News

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: yourvoice@licas.news

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Exit mobile version