Uskup baru untuk Keuskupan Wuhan ditahbiskan pada hari Rabu (8/9) di bawah ketentuan perjanjian Vatikan-Tiongkok, kata seorang juru bicara Vatikan.
Uskup Francis Cui Qingqi, 57, adalah uskup keenam yang ditahbiskan di Tiongkok sejak Takhta Suci menandatangani perjanjian sementara dengan pemerintah Tiongkok pada September 2018.
Juru bicara Vatikan Matteo Bruni mengatakan Paus Fransiskus menunjuk Cui sebagai uskup Keuskupan Hankou/Wuhan pada 23 Juni dan tahbisan uskupnya dilangsungkan pada 8 September di Wuhan, tempat kasus COVID-19 pertama kali dilaporkan.
Uskup yang baru ditahbiskan itu adalah seorang imam Fransiskan yang dikabarkan dekat dengan pemerintah Tiongkok.
Keuskupan Wuhan tidak memiliki uskup selama 14 tahun terakhir, dan kekosongan diisi oleh Pastor sebagai pemimpin tidak resmi sejak 2012.
Setelah belajar di Beijing, Pastor Cui ditunjuk oleh otoritas provinsi Partai Komunis Tiongkok (PKT) untuk mengepalai “komite manajemen” beranggotakan lima orang untuk mengawasi keuskupan Wuhan sembilan tahun lalu, menurut laporan surat kabar Italia La Stampa tahun 2012.
Cui diangkat sebagai wakil sekretaris konferensi uskup yang disetujui negara pada tahun 2016 dan menjadi presiden Asosiasi Patriotik Katolik Hubei pada Januari 2018.
Lahir di provinsi Shanxi pada tahun 1964, 15 tahun setelah Revolusi Komunis Tiongkok, Pastor Cui ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1991 pada usia 27 tahun.
Oktober 2020, Vatikan dan Tiongkok memperbarui perjanjian sementara tentang penunjukan uskup untuk dua tahun lagi. Ketentuan perjanjian belum diumumkan.
Mgr. Cui merupakan uskup keempat yang ditahbiskan sejak pembaruan kesepakatan Vatikan-Tiongkok. Pada bulan Juli, Vatikan mengumumkan pentahbisan Anthony Li Hui sebagai uskup koajutor Keuskupan Pingliang.
Pastor Bernardo Cervellera, mantan pemimpin redaksi AsiaNews, mengatakan kepada CNA dalam sebuah wawancara bulan lalu: “Dari apa yang saya lihat, para uskup yang telah ditahbiskan, dinominasikan, dan ditahbiskan, mereka semua adalah presiden atau sekretaris Asosiasi Patriotik. Jadi ini berarti mereka sangat dekat dengan pemerintah.”
Gereja Katolik di Tiongkok membutuhkan sekitar 40 uskup lagi, kata Cervellera.
Uskup patriotik pertama yang diangkat Partai Komunis Tiongkok tanpa persetujuan Vatikan pada tahun 1958 berasal dari Wuhan.
Dong Guangqing, yang meninggal pada 2007, adalah presiden Asosiasi Katolik Patriotik Wuhan dan wakil presiden Komite Administrasi Nasional Gereja Katolik Tiongkok.
Keuskupan Wuhan sendiri dibentuk secara otonom oleh pemerintahan komunis dengan menggabungkan tiga keuskupan Katolik bersejarah: Hankou, Hanyang, dan Wuchang.
Tahbisan Mgr. Cui berlangsung di Katedral St. Yosep, yang awalnya merupakan tempat kedudukan keuskupan Hankou, di kota Wuhan.
Kota berpenduduk 11 juta orang ini pernah menjadi pos terdepan bagi misionaris Katolik yang mendirikan rumah sakit Katolik di kota tersebut, termasuk yang sekarang disebut Rumah Sakit Pusat Wuhan, tempat Dr. Li Wenliang yang melaporkan kontroversi virus corona meninggal.
Orang suci pertama Tiongkok yang dikanonisasi adalah martir dengan cara menderita di kayu salib di Wuhan. St Jean-Gabriel Perboyre, seorang imam misionaris Vinsensian dari Prancis, dikhianati oleh salah satu katekumennya demi uang, diikat dengan rantai, disiksa, diikat ke kayu salib, dan dicekik sampai mati pada tahun 1840.
St Theresia dari Lisieux memiliki devosi khusus kepada Perboyre dan menyimpan kartu suci yang didedikasikan untuknya dalam buku doa pribadinya. Perboyre dibeatifikasi pada tahun 1889 oleh Paus Leo XIII dan dikanonisasi oleh St. Yohanes Paulus II pada tahun 1996.
“Saya tidak tahu apa yang menanti saya di jalan yang terbuka di depan saya, tanpa diragukan lagi salib, yang merupakan roti harian para misionaris,” tulis orang suci itu dalam sebuah surat selama perjalanannya ke Wuhan.
“Apa yang bisa kita harapkan lebih baik, mengkhotbahkan Tuhan yang disalibkan?”