Paus Fransiskus mendesak para pemimpin gereja di Eropa, Timur Tengah, dan Afrika Utara untuk bekerja demi perdamaian, untuk merawat para migran dan pengungsi, mempertahankan kebebasan beragama, dan mempromosikan dialog antar-agama.
Dalam kotbahnya pada akhir pertemuan lima hari untuk membahas masalah umum yang dihadapi gereja di Mediterania, paus berbicara tentang cinta bahkan bagi mereka yang melakukan penganiayaan.
“Berdoa dan cinta, inilah yang harus kita lakukan,” kata Paus Fransiskus pada 23 Februari ketika ia merayakan Misa di lapangan terbuka di Bari, sebuah kota di pantai Italia selatan.
“Kasih Yesus tidak mengenal batas atau hambatan. Tuhan menuntut dari kita keberanian untuk memiliki cinta yang tidak memperhitungkan untung rugi, karena ukuran Yesus adalah cinta tanpa batas, ” kata paus seperti dilaporkan CNS.
Sebelumnya, pada hari yang sama, Paus Fransisku berbicara menentang konflik bersenjata dan melawan para pemimpin populis yang membangkitkan ketakutan dan kebencian terhadap para migran.
“Mewargakan Injil tidak bisa dilepaskan dari komitmen untuk kebaikan bersama. Ia mendorong kita untuk bertindak tanpa lelah sebagai pembawa damai, ”kata paus.
Dalam ceramahnya, dia menunjukkan bahwa “wilayah Mediterania saat ini terancam oleh pecahnya ketidakstabilan dan konflik.”
Dia mengecam perang yang “mengalihkan … sumber daya dari kebutuhan sosial yang vital, seperti dukungan keluarga, perawatan kesehatan dan pendidikan.”
Pertemuan yang dihadiri sedikitnya 50 uskup diselenggarakan oleh Konferensi Waligereja Italia.
Dalam ceramahnya, paus mengatakan bahwa secara historis Mediterania adalah “tempat fisik dan spiritual di mana peradaban kita terbentuk sebagai hasil dari perjumpaan orang-orang yang beragam.”
Dia mengatakan bahwa bahkan hari ini, Mediterania tetap menjadi wilayah strategis yang keseimbangannya berdampak pada bagian lain dunia.
“Tujuan utama setiap masyarakat manusia adalah perdamaian,” katanya kepada para pemimpin gereja yang hadir.
Dalam homilinya, paus tidak secara langsung membahas tema-tema pertemuan itu tetapi lebih fokus pada bacaan Injil hari itu yang diambil dari Injil Matius di mana Yesus memberi tahu para pengikutnya untuk tidak membalas terhadap mereka yang menyakiti mereka dan untuk mencintai dan berdoa bagi musuh-musuh mereka.
“Tuhan tidak banyak perhitungan, dia tidak menyerah pada kompromi. Dia meminta dari kita belaskasih yang luar biasa. Satu-satunya bentuk kasih Kristiani yang sah adalah cinta tanpa pamrih, ”kata Paus Fransiskus.
Dalam ceramahnya, dia mendesak para uskup untuk “berbicara untuk menuntut agar para pemimpin pemerintahan melindungi minoritas dan kebebasan beragama.”
Dia mengatakan bahwa “penganiayaan yang dialami terutama- namun tidak hanya- oleh komunitas Kristen adalah fakta yang menyedihkan yang membuat kita tidak boleh tinggal diam.”