Home LiCAS.news Bahasa Indonesia News (Bahasa) Bela kaum miskin, para imam di Filipina dapat ancaman

Bela kaum miskin, para imam di Filipina dapat ancaman

Para pastor dan uskup di Filipina utara mengungkapkan telah menerima ancaman dan perlakuan tidak menyenangkan dari agen-agen negara karena berkhotbah tentang perlindungan lingkungan dan hak asasi manusia.

Beberapa pemimpin gereja di bagian utara negara itu mengatakan bahwa mereka telah ditandai memiliki hubungan dengan pemberontak komunis.

Mereka mengatakan ancaman terhadap kehidupan mereka mempengaruhi pekerjaan mereka dengan orang-orang miskin.

Randy Manicap, seorang pastor Gereja Independen Filipina, seharusnya menghadiri pertemuan para pastor keuskupan pada 17 Februari tetapi atasannya menyarankannya untuk tidak datang.




Dia juga diminta untuk tidak mengadakan Misa di parokinya di kota Piddig, provinsi Ilocos Norte karena orang-orang tak dikenal sedang mengawasi gerejanya.

“Mereka mengawasi saya lagi sejak 11 Februari,” katanya. “Kemarin, mereka ada di sini lagi,” kata imam itu dalam sebuah pesan.

Dia mengatakan polisi dan tentara bahkan mendatangi paroki lain dan menanyakan keberadaannya.

- Newsletter -

Imam itu mengatakan tidak ada alasan lain atas perlakuan  itu selain karena advokasi hak asasi manusia yang ia lakukan.

Manicap adalah wakil ketua Solidaritas Rakyat Menentang Petambangan Besar di provinsi Ilocos Norte.

Dia sebelumnya mengepalai Komisi Aksi Sosial keuskupannya sampai dia dibebaskan dari tugas pada tahun 2019 karena ancaman terhadap hidupnya.

“Saya khawatir dengan diri saya dan keluarga saya,” katanya. Ada ketakutan, terutama dengan peristiwa baru-baru ini, ”tambah Pastor Manicap.

Seorang imam lain dari Gereja Independen Filipina, Rogelio Cornelio Molina, juga telah ditandai oleh militer sebagai pendukung pemberontak.

Seperti Pastor Manicap, Pastor Molina sudah lama bekerja sebagai penasihat hak asasi manusia. Dia dulu anggota dewan pemimpin kelompok Solidaritas Petani Terhadap Eksploitasi.

Sementara itu di Lembah Cagayan, imam Katolik Manny Catral, Patrick Caro, Jay Talosig, dan Peter Simangan dicap sebagai “komunis” pada poster-poster yang terpampang di sepanjang jalan di kawasan itu.

Pastor Catral menentang keras operasi penambangan pasir hitam di provinsi Cagayan, sementara Pastor Caro telah membantu komunitas petani.

Pada tahun 2018, Pastor Talosig menjadi tuan rumah misi pencarian fakta di kota Jones di provinsi Isabela, di mana militer melakukan operasi terhadap para pemberontak.

Sedangkan Pastor Simangan sangat vokal dalam kampanye mendesak ganti rugi bagi para korban kekejaman selama tahun-tahun darurat militer.




Uskup Emelyn Dacuycuy dari Keuskupan Batac, yang termasuk dalam Gereja Independen Filipina, mengatakan bahwa tentara juga menuduh keuskupan itu mendukung organisasi yang terkait dengan komunis.

Uskup itu mengatakan bahwa tuduhan itu sebagai “penghinaan besar” kepada gereja dan iman.

“Pemerintah boleh terus mengancam, melecehkan, dan mengintimidasi orang-orang gereja, tetapi keuskupan tidak akan gentar,” kata uskup wanita pertama dari Gereja Independen Filipina itu.

“Kami akan berdiri teguh dengan iman kami untuk bekerja dan bersaksi bagi Injil dalam solidaritas dengan orang miskin dan tidak berdaya,” tambahnya.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest