Home LiCAS.news Bahasa Indonesia Church & Society (Bahasa) Rumah Sakit Katolik merumahkan karyawan karena rugi akibat pandemi

Rumah Sakit Katolik merumahkan karyawan karena rugi akibat pandemi

Sebuah rumah sakit Katolik di Manila memutuskan untuk merumahkan sejumlah pekerjanya karena mengalami “kerugian signifikan” yang ditimbulkan oleh pandemi.

Dr. Marcellus Francis Ramirez, direktur Rumah Sakit Universitas Santo Tomas, mengatakan bahwa institusi tersebut “terhambat untuk menerapkan langkah-langkah pengurangan tenaga kerja” untuk meminimalkan kerugian.

Rumah sakit yang terletak di dalam Universitas Santo Tomas yang dikelola Ordo Dominika itu, memiliki dua divisi, divisi klinik pendidikan yang menawarkan perawatan medis murah untuk pasien miskin dan rumah sakit swasta untuk pasien yang mampu secara finansial, yang sebagiannya digunakan untuk mensubsidi divis klinik.


Ramirez mengatakan rumah sakit itu secara keseluruhan “turun secara signifikan” sejak timbulnya pandemi dan pelaksanaan “peningkatan karantina masyarakat.”

Sejak itu, sebagian besar pasien yang dirawat adalah pasien COVID-19. Pasien biasa dan elektif tidak lagi datang ke rumah sakit itu karena takut terinfeksi.

Ramirez mengklaim bahwa Philippine Health Insurance Corp yang dikelola pemerintah berutang kepada rumah sakit itu setidaknya US $ 3,5 juta.

“Sementara [perusahaan asuransi kesehatan] telah melembagakan cakupan perawatan kesehatan pasien COVID-19 yang dirawat, penggantian biaya ditunda rata-rata lima hingga enam bulan,” kata dokter itu.

- Newsletter -

Ramirez mengatakan biaya yang ditimbulkan oleh langkah-langkah darurat untuk mengatasi tuntutan pandemi “mengakibatkan masalah sangat serius pada keberlanjutan rumah sakit.”

Dia mengatakan dampak ekonomi dan keuangan yang sangat besar yang ditimbulkan oleh krisis layanan kesehatan “sering diabaikan.”

Ramirez mengatakan pengurangan pekerja adalah “tindakan manajemen yang sah dan sesuai hukum” dan “tetap berlaku demikian bahkan selama krisis COVID-19.”

Dia menambahkan bahwa itu dilaksanakan setelah dilakukan tinjauan secara rinci oleh pengacara rumah sakit.

“Keputusan menyakitkan ini terpaksa dibuat,” kata dokter itu, seraya menambahkan bahwa dia tidak tahu kapan operasional rumah sakit itu kembali normal.


Serikat pekerja rumah sakit “mengecam” tindakan manajemen rumah sakit, dan mengatakan itu “tidak layak” dilakukan.

Pemimpin serikat pekerja Donell John Siazon mengatakan keputusan manajemen hanya boleh diambil dengan “sangat hati-hati dan bijaksana.”

“Pengurangan adalah langkah drastis dengan konsekuensi serius karena secara efektif merampas sumber penghidupan karyawan dan keluarga mereka,” kata Siazon.

Dia menuduh manajemen rumah sakit menggunakan pengurangan karyawan sebagai “pilihan pertama untuk mengurangi kerugian” bukannya menerapkan “langkah perbaikan untuk menghindari pemecatan karyawan.”

Siazon menantang administrasi rumah sakit untuk menyerahkan bukti dugaan kerugian.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest