Home LiCAS.news Bahasa Indonesia News (Bahasa) Masyarakat adat di Nepal diusir paksa dari kediaman mereka

Masyarakat adat di Nepal diusir paksa dari kediaman mereka

Kelompok hak asasi manusia Amnesty International mengecam penggusuran paksa masyarakat adat Chepang dari pemukiman mereka di Nepal selatan oleh pejabat taman nasional.

Pihak berwenang di Taman Nasional Chitwan membakar dua rumah dan menghancurkan delapan rumah lainnya dengan menggunakan gajah pada 18 Juli.

Serangan itu dilakukan tanpa peringatan sebelumnya, kata Amnesty International.




Keluarga-keluarga Chepang, yang merupakan bagian dari masyarakat adat Nepal yang  dikucilkan, tidak hanya kehilangan rumah mereka tetapi juga uang, dokumen identitas dan harta benda lainnya, kata kelompok hak asasi itu.

“Memaksa siapa pun keluar dari rumah mereka adalah tindakan kejam. Pembakaran dan melepas gajah, membahayakan nyawa orang dan menghancurkan properti milik komunitas yang sudah terpinggirkan itu, tidak bisa diterima dan merupakan pelanggaran hak asasi manusia,” kata Nirajan Thapaliya, direktur Amnesty International Nepal.

“Komunitas Chepang harus dilindungi. Setiap upaya untuk memaksa mereka keluar dari rumah mereka harus dihentikan. Orang-orang yang telah diusir secara paksa harus dipulihkan, termasuk memberikan rumah alternatif yang layak dan kompensasi, ”kata Thapaliya. “Selain itu, para pelaku pengusiran paksa ini harus dimintai pertanggungjawaban atas tindakan mereka.”

Salah satu korban serangan itu mengatakan kepada Amnesty International bahwa otoritas taman itu mulai mendekati rumah mereka dengan menggembalakan gajah di tanah yang digunakan oleh komunitas Chepang untuk bertani, merusak tanaman mereka.  Mereka kemudian membakar dua rumah dan melepaskan gajah untuk menyerang dan menghancurkan delapan rumah lainnya.

Anak-anak Chepang sedang bermain dekat rumah mereka di Nepal. (Foto shutterstock.com)
- Newsletter -

Menurut informasi yang diperoleh Amnesty International, otoritas taman nasional bertindak tanpa memberitahu pejabat pemerintah setempat.

Anggota komunitas Chepang yang kehilangan rumah mereka sekarang untuk sementara diakomodasi di asrama sekolah terdekat, dan mereka takut bahwa anggota komunitas mereka yang lain di Taman Nasional Chitwan juga dapat mengalami nasib yang sama.

Amnesty mengatakan bahwa insiden ini adalah serangan kedua yang dialami masyarakat adat Nepal dalam dua bulan. Pada bulan Juni, pihak berwenang di Taman Nasional Bardiya secara paksa mengusir anggota komunitas Tharu yang tidak memiliki tanah dari permukiman mereka di sana.

Masyarakat adat Chepang bergantung pada pertanian dan mereka tidak memiliki tanah sendiri. Amnesty mengatakan bahwa undang-undang Nepal gagal memenuhi standar internasional dan saat ini hanya melindungi orang yang hidup “di tanah yang mereka miliki.” Undang-undang itu juga gagal untuk memastikan perlindungan yang memadai terhadap korban pengusiran paksa yang tidak memiliki hak kepemilikan.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest