Home LiCAS.news Bahasa Indonesia Church & Society (Bahasa) Paus Fransiskus menyerukan solidaritas dunia untuk Lebanon

Paus Fransiskus menyerukan solidaritas dunia untuk Lebanon

Paus Fransiskus mengajak komunitas dunia untuk menunjukkan solidaritas dan kasih sayang dengan korban ledakan pekan lalu di Lebanon yang jumlahnya terus meningkat.

Dalam pidatonya setelah doa Angelus pada 9 Agustus, paus mengatakan “bencana” itu mengajak semua orang  untuk bekerja sama demi kebaikan bersama negara tersebut.

Pada 4 Agustus, sekitar 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan di tempat penampungan di Pelabuhan Beirut meledak dan menewaskan lebih dari 150 orang serta melukai sekitar 6.000 orang lainnya.




Paus Fransiskus mendesak komunitas internasional untuk memberikan “bantuan murah hati” dan mendesak Gereja di Lebanon “untuk dekat dengan orang-orang yang menderita… menjunjukkan solidaritas dan kasih sayang, dengan hati dan tangan terbuka untuk berbagi.”

“Saya meminta para uskup, imam, dan religius Lebanon untuk dekat dengan rakyat dan menjalani gaya hidup yang ditandai dengan kemiskinan evangelis, tanpa kemewahan, karena umat Anda menderita, sangat menderita,” kata paus.

Dia memperingatkan bahwa “koeksistensi (kehidupan bersama berbagai agama dan budaya di Lebanon) saat ini sangat rapuh, tetapi dengan pertolongan Tuhan dan partisipasi tulus dari semua orang, kondisi itu dapat pulih dan kembali menjadi kuat.

Sebelum Angelus, Paus Fransiskus mendorong keluarga manusia “untuk menyerahkan diri dengan penuh kepercayaan kepada Tuhan pada setiap saat dalam hidup kita, terutama pada saat-saat pencobaan dan kekacauan.”

- Newsletter -

“Ketika kita memiliki perasaan ragu dan takut yang kuat dan kita tampaknya tenggelam, kita tidak boleh malu untuk berseru, seperti Petrus: ‘Tuhan, selamatkan aku’,” kata Paus.

Paus Fransiskus merenungkan Injil yang menceritakan tentang Yesus berjalan di atas air menuju murid-murid-Nya di atas perahu di danau yang dilanda badai.

Yesus menyuruh Petrus untuk keluar dari perahu dan berjalan. Ketika Petrus hendak tenggelam, dia berseru, “Tuhan, selamatkan aku” dan Yesus menggenggam tangannya dan berkata kepadanya: “Hai orang yang kurang percaya, mengapa kamu ragu?”

Paus Fransiskus mengatakan sikap Yesus, yang segera mengulurkan tangannya dan menarik Petrus keluar dari bahaya harus direnungkan secara mendalam.

“Percayalah pada Yesus. Dia adalah tangan Bapa yang tidak pernah meninggalkan kita. Tangan Bapa yang kuat dan setia, yang selalu dan hanya menginginkan yang baik untuk kita,” kata paus.

Paus menekankan bahwa “memiliki iman berarti, meskipun di tengah badai, kamu tetap menjaga hatimu tertuju pada Tuhan, pada cinta dan kelembutan-Nya.”

Paus Fransiskus menyalami peziarah dari jendela istana apostolik yang menghadap ke lapangan basilika Santo Petrus saat doa Angelus hari Minggu, 9 Agustus, di Vatikan. (Foto oleh Alberto Pizzoli / AFP)

Paus mengatakan bahwa Tuhan mengetahui bahwa “iman kita kurang dan bahwa perjalanan kita bisa terganggu, terhalang oleh kekuatan yang merugikan.”

Akan tetapi dia mengatakan bahwa “bahkan sebelum kita mulai mencari-Nya, Tuhan Yang Bangkit selalu hadir di samping kita… mengangkat kita kembali setelah kita terjatuh, bahwa dia membantu kita bertumbuh dalam iman.”

“Kapal yang diguncang badai adalah gambaran akan Gereja, yang di setiap zaman menghadapi angin yang berlawanan, dan terkadang pencobaan yang sangat berat. Mari kita merenungkan  penganiayaan yang lama dan terus-menerus pada abad terakhir,” kata paus.

Paus memohon perantaraan Perawan Maria agar “membantu kita bertekun dalam iman dan cinta kasih persaudaraan ketika kegelapan dan badai kehidupan membuat kepercayaan kita kepada Tuhan berada dalam krisis.”

Dalam pidatonya, paus juga mencatat bahwa 6 dan 9 Agustus menandai peringatan 75 tahun pemboman atom di Hiroshima dan Nagasaki di Jepang.

“Saya mengingat saat saya mengunjungi tempat-tempat itu tahun lalu dengan perasaan yang dalam dan rasa syukur, saya kembali mengajak untuk berdoa dan komitmen untuk dunia yang benar-benar bebas dari senjata nuklir,” katanya.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest