Home LiCAS.news Bahasa Indonesia News (Bahasa) Uskup Katolik Filipina desak umat tidak membenci orang terinfeksi virus corona

Uskup Katolik Filipina desak umat tidak membenci orang terinfeksi virus corona

Para pemimpin gereja Katolik di Filipina mengimbau umat beriman untuk menghentikan diskriminasi terhadap orang-orang yang terinfeksi virus corona.

Uskup Broderick Pabillo dari Manila mengatakan tampaknya ada “stigmatisasi” yang berkembang terhadap orang-orang yang terjangkit COVID-19 karena jumlah kasus di negara itu terus meningkat.

Uskup yang sembuh dari virus ini minggu lalu menyamakan penyakit virus corona dengan “kusta pada zaman Yesus.”




Sementara kusta dapat dilihat sedangkan virus corona tidak terlihat oleh mata manusia “keduanya memiliki efek yang sama pada orang,” katanya.

“Keduanya menjauhkan yang terinfeksi dari orang lain. Mereka dijauhi oleh orang lain, bahkan oleh orang-orang yang dekat dengan mereka sekalipun,” kata prelatus itu.

“Ada ketakutan yang kuat terhadap infeksi pada kedua kasus tersebut, terutama karena sifat penyakit yang tidak diketahui,” tambah uskup itu.

Dia mengatakan bahwa terinfeksi penyakit itu dianggap “kecerobohan” dari mereka yang tertular penyakit tersebut. “Pada kedua penyakit [kusta dan COVID-19] ada stigma yang melekat,” katanya.

- Newsletter -

Uskup Patricio Buzon dari Bacolod juga mengimbau agar “kebencian” terkait penyakit yang menggambarkan pasien sebagai “penderita kusta modern” segera diakhiri.

“Di seluruh dunia orang mengalami diskriminasi karena warna kulit, budaya, kepercayaan, agama, dan segala macam perbedaan,” ujarnya.

Uskup Patricio Buzon dari Bacolod dan Uskup Broderick Pabillo dari Manila mengimbau agar “stigmatisasi” terhadap pasien Covid-19 dihentikan. (Foto dari CBCP News)

Uskup Buzon meminta doa bagi kesembuhan negara dan untuk mereka yang bertugas di garis depan mengatasi kasus penyakit virus korona yang terus meningkat di negara itu.

Pada 18 Agustus tercatat tambahan 4.836 kasus virus korona baru sehingga total menjadi 169.213 di Filipina.

Departemen Kesehatan melaporkan bahwa dari total jumlah kasus itu, 53.665 di antaranya “aktif”.

Ibu kota negara, Manila,  memiliki jumlah kasus terbanyak dengan 2.959 kasus, disusul Provinsi Laguna dengan 321, Cavite 220 kasus, Rizal 185, dan Bulacan 145 kasus.

Karantinta di daerah-daerah itu akan dilonggarkan mulai 19 Agustus setelah penerapan kembali penguncian yang ketat selama dua minggu.




Departemen Kesehatan mencatat 182 pemulihan baru, sehingga totalnya menjadi 112.861. Tetapi jumlah korban tewas di negara itu meningkat menjadi 2.687 setelah tercatat tujuh kematian baru.

Uskup Pabillo mengimbau umat beriman untuk tidak membuat mereka yang terinfeksi penyakit merasa didiskriminasi.

“Ketidaksanggupan untuk sepenuhnya memahami sifat penyakit ini, membuat orang yang terinfeksi dipersalahkan,” kata uskup itu dalam sebuah unggahan media sosial.

“Kita mengikuti protokol kesehatan tetapi kita tidak boleh menjauhi mereka yang terinfeksi, tetapi dengan cara yang kreatif membuat mereka merasa bahwa mereka tidak distigmatisasi oleh komunitas gereja,” kata uskup itu.

Dia mengimbau masyarakat untuk mengirim pesan dorongan kepada mereka yang terinfeksi penyakit dan menunjukkan kepedulian.

Seorang petugas polisi memeriksa izin karantina seorang pengendara sepeda di pos pemeriksaan saat pemberlakuan kembali lockdown untuk meredam COVID-19, di Manila, Filipina, 17 Agustus. (Foto oleh Eloisa Lopez / Reuters)

Uskup mengatakan mengirimkan makanan, vitamin, dan bahan bacaan juga akan menjadi tanda nyata bahwa mereka yang sakit tidak dilupakan.

Dia ingat saat dia dinyatakan positif mengidap penyakit itu dan dibanjiri dengan pesan simpati dan janji didoakan.

“Saya sangat percaya bahwa doa-doa ini sangat membantu. Mereka tidak hanya meningkatkan semangat saya, tetapi saya yakin Tuhan mendengar mereka, ”kata uskup.

Dia mengatakan dia “bersyukur” atas pengalaman yang mengajarinya untuk lebih mengenal orang yang terinfeksi dan mereka yang disembuhkan.

“Itu juga membuat saya lebih sadar tentang realitas virus ini,” katanya, menambahkan bahwa “itu bisa terjadi pada siapa saja.”

“Kita harus membangun sistem kekebalan alami kita sehingga tubuh kita dapat menangkal infeksi ini, dan jika virus itu datang, tubuh kita dapat melawannya,” katanya.

“Kita juga hendaknya tidak mengabaikan pandangan moral yang benar dan bantuan spiritual yang diberikan oleh iman kita. Dalam semua ini, Tuhan mencintai kita dan hidup kita ada di tangan-Nya, ”tambah Uskup Pabillo.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest