Home LiCAS.news Bahasa Indonesia Church & Society (Bahasa) Gosip 'lebih mengerikan' dari COVID-19, kata Paus Fransiskus

Gosip ‘lebih mengerikan’ dari COVID-19, kata Paus Fransiskus

Paus Fransiskus meminta umat Katolik untuk melakukan sesuatu agar tidak terlibat dalam gosip, yang menurut paus sudah menjadi “wabah yang lebih mengerikan” dari penyakit virus corona.

Pesan itu disampaikannya saat doa Angelus hari Minggu 6 September. Paus menyesalkan bahwa ketika orang melihat seseorang melakukan kesalahan, “hal pertama yang kita lakukan adalah pergi dan menceritakannya kepada orang lain, bergosip.”

Pemimpin gereja Katolik itu mengatakan gosip “menutup hati” bagi komunitas dan “menutup persatuan” Gereja.




“Penggosip terbesar adalah iblis, yang selalu mengatakan hal-hal buruk tentang orang lain karena dia adalah pendusta yang berusaha memisahkan Gereja, menjauhkan saudara dan saudari dan tidak menciptakan komunitas,” kata paus.

Paus Fransiskus mengimbau umat beriman untuk merangkul mereka yang menolak untuk menebus kesalahan mereka dan untuk tidak bergosip jika upaya untuk memperbaikinya gagal.

Pesan paus itu menjadi bagian dari renungannya atas Injil yang berbicara tentang “teguran persaudaraan.”

Paus mengatakan hal itu mengundang publik untuk merenungkan “dimensi ganda dari keberadaan Kristiani” – komunitas yang menuntut perlindungan persekutuan – yaitu, kesatuan Gereja – dan pribadi, yang mewajibkan perhatian dan penghormatan terhadap hati nurani setiap individu.

Paus Fransiskus tiba untuk audiensi umum mingguan pertama di mana dia menerima kembali umat sejak wabah penyakit virus corona di halaman San Damaso di Vatikan, 2 September (Foto oleh Guglielmo Mangiapane/Reuters)
- Newsletter -

Ia mengatakan Yesus menawarkan pendekatan tiga fase – sebuah pedagogi rehabilitasi – untuk menegur atau mengoreksi seseorang yang melakukan kesalahan atau dosa.

Pada langkah pertama, kata Paus Fransiskus, orang harus memberi tahu dengan cara yang bijaksana kepada yang bersangkutan bahwa dia melakukan kesalahan atau mengatakannya “ketika Anda berdua sendirian” dan “jangan menyuarakan dosanya di depan umum.”

Paus mengatakan bahwa dengan demikian kita menunjukkan bahwa kita tidak ada di sana untuk menghakimi orang itu tetapi untuk membantunya menyadari apa yang telah dia lakukan.

“Berapa kali kita mengalami hal seperti ini? Seseorang datang dan memberi tahu kita: Dengar, kamu salah tentang ini. Anda harus berubah sedikit dalam hal ini,”katanya.

“Mungkin pada awalnya kami marah, tapi kemudian kita mengucapkan ‘terima kasih’, karena itu adalah tanda persaudaraan, persekutuan, pertolongan, rehabilitasi,” tambah paus.




Namun demikian, kata paus, tidak mudah untuk mempraktikkan ajaran Yesus ini, terutama karena “ada ketakutan bahwa saudara atau saudari kita akan bereaksi buruk.”

Jika langkah pertama gagal, kata Paus Fransiskus, kita tidak boleh menyerah tetapi mencari dukungan dari saudara atau saudari lain.

“Yesus berkata: Jika dia tidak mendengarkan, ajaklah satu atau dua orang lain bersamamu, agar setiap kata dapat dikonfirmasi oleh bukti dari dua atau tiga saksi,” kata paus.

Paus Fransiskus mengatakan bahwa itu mungkin akan tidak menguntungkan bagi yang melakukan kesalahan, tetapi pada kenyataannya, “itu akan membantu untuk melindunginya dari penuduh palsu.”

“Inilah sikap perubahan yang Yesus inginkan dari kita. Bahkan, Yesus menjelaskan bahwa pendekatan ini – pendekatan kedua, dengan saksi – mungkin gagal,”kata paus.

Para biarawati yang memegang bendera Spanyol dan mengenakan masker wajah, beberapa diturunkan ke dagu mereka, menghadiri doa Angelus mingguan di Lapangan Santo Petrus pada 6 September di Vatikan. (Foto oleh Vincenzo Pinto/AFP)

Pendekatan ketiga, yang terakhir, jika dua pendekatan sebelumnya gagal, memerlukan keterlibatan seluruh komunitas yaitu Gereja.

Dalam beberapa situasi, seluruh komunitas terlibat.

“Ada hal-hal yang memiliki dampak pada saudara-saudari lainnya. Diperlukan kasih yang lebih besar untuk mengubah sesama. Tetapi kadang-kadang ini pun mungkin tidak cukup, ”kata Paus Fransiskus.

Paus mengatakan, ajaran Yesus mengajak umat Kristen untuk merangkul mereka yang telah berdosa, meskipun ketika tiga pendekatan itu gagal dan orang berdosa tetap “menolak untuk mendengarkan Gereja.”

Ia mengatakan bahwa kita harus menyerahkan orang itu ke tangan Tuhan, karena “hanya Bapa yang dapat menunjukkan kasih yang lebih besar daripada yang dilakukan oleh kita semua.”

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest