Home LiCAS.news Bahasa Indonesia Church & Society (Bahasa) Kardinal Bo berterima kasih atas solidaritas global bagi Myanmar saat pandemi

Kardinal Bo berterima kasih atas solidaritas global bagi Myanmar saat pandemi

Kardinal Charles Maung Bo dari Myanmar mengucapkan terima kasih kepada komunitas internasional atas ‘solidaritas global’ saat negara itu memerangi pandemi virus corona.

Infeksi virus corona di Myanmar telah melonjak dari beberapa ratus pada pertengahan Agustus menjadi lebih dari 15.000 minggu lalu, dengan lebih dari 400 kematian, yang memicu penguncian yang ketat.

Dalam pernyataan yang dirilis pada 3 Oktober, Kardinal Bo mengatakan Myanmar dicekam oleh gelombang virus yang ganas yang menyebabkan sistem kesehatan negara itu kewalahan.




Prelatus itu mengatakan, Gereja Katolik di negara itu “meningkatkan” tanggapannya terhadap krisis kesehatan dengan melaksanakan programnya sendiri untuk membantu mereka yang paling terkena dampak pandemi.

Kardinal Bo mendesak komunitas Kristen untuk turut memberi makan setidaknya 50 keluarga miskin di setiap paroki untuk memastikan ketahanan pangan dimulai dengan 1.000 keluarga selama tiga bulan ke depan.

Fasilitas gereja, termasuk gereja-gereja dan seminari, juga ditawarkan sebagai tempat karantina bekerja sama dengan lembaga pemerintah.

Kardinal juga menekankan perlunya menggalang dana untuk memastikan bahwa peralatan dan kebutuhan lainnya terpenuhi serta membangun “kehadiran pastoral online” dan konseling online.

- Newsletter -

Dalam beberapa bulan terakhir, Gereja Katolik di Myanmar “menyeimbangkan keselamatan dengan solidaritas,” kata Kardinal Bo.

Selama bulan-bulan pertama pandemi dari Maret hingga Agustus, Gereja menanggapi kebutuhan warga dengan membagikan makanan dan peralatan kesehatan serta pelindung di komunitas miskin.

“Kami terus berterima kasih kepada teman-teman kami di seluruh dunia atas dukungan doa dan dukungan lainnya dari Anda,” kata prelatus itu dalam pernyataannya.

Dia mengatakan Gereja Katolik di Myanmar akan terus mendampingi warga dalam menghadapi tantangan besar terhadap martabat dan kelangsungan hidup mereka.

Sebuah laporan yang disiapkan oleh para pemimpin gereja mencatat bahwa pandemi telah mengancam ketahanan pangan negara dan menghancurkan “ekonomi yang sudah rapuh.”

Ia mencatat bahwa terlepas dari upaya terbaik dari pemerintah, penyebarannya sangat membani para profesional kesehatan di garis depan.

Para pemimpin gereja memperingatkan bahwa situasi tersebut mungkin memiliki dampak politik dan ekonomi “yang dapat menyebabkan ketidakstabilan dan kelumpuhan dalam beberapa minggu mendatang” terutama dalam konteks pemilihan umum pada bulan November mendatang.

Kardinal Charles Bo sebelumnya mendesak masyarakat Myanmar untuk saling peduli dan menjadikan “belas kasih” sebagai “agama bersama.”

“Ini saatnya menghentikan semua konflik,” katanya dalam homili pekan lalu. “Biarlah persaudaraan umat manusia menegaskan dirinya,” tambahnya.

Dia mengatakan bahwa di tengah-tengah tantangan yang disebabkan oleh pandemi, menjangkau mereka yang paling terkena dampak adalah “ujian nyata bagi iman kita.”

“Mari kita membuat diri kita layak untuk Kerajaan dengan menjaga satu sama lain dengan cara apapun yang kita bisa dengan aman kita lakukan, terutama yang miskin dan rentan,” kata Kardinal Bo.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest