Home LiCAS.news Bahasa Indonesia Church & Society (Bahasa) Uskup Agung Grawng, mentor para imam Myanmar, meninggal dunia

Uskup Agung Grawng, mentor para imam Myanmar, meninggal dunia

Uskup Agung Paul Zinghtung Grawng dari Myanmar, yang dianggap oleh banyak imam Katolik di negara itu sebagai mentor, meninggal pada 24 Oktober.

Dia berusia 81 tahun.

“Kami datang untuk mengucapkan selamat tinggal kepada seorang putra Kachin yang hebat, seorang putra Myanmar yang hebat, seorang putra yang hebat dan terkasih dari Bunda Gereja,” kata Kardinal Charles Maung Bo dari Yangon dalam pesannya kepada rakyat Myanmar.

Kardinal itu mengatakan, mendiang uskup itu adalah “anugerah besar dari Tuhan untuk Kachin, Katolik, dan Myanmar.”

“Tidak akan pernah ada yang seperti dia,” kata Kardinal Bo, serta menambahkan bahwa “setiap orang Kachin, Katolik, dan setiap orang Burma dengan hati yang memiliki ruang untuk setiap orang” akan merindukan uskup ini.

Di usia muda, Uskup Grawng menjadi uskup pertama Gereja Kachin.

“Selama lima dekade, kebijaksanaannya, kecerdasannya, dan teladannya yang menjadi inspirasi telah memantapkan Gereja. Sifatnya yang pendiam tetapi tegas sangat membantu dalam membangun Gereja, ”kata Kardinal Bo.

- Newsletter -

Saat ini Myitkyina adalah komunitas Katolik yang bertumbuh subur, dan telah melahirkan dua keuskupan lainnya.

Umat Katolik etnis Kachin bergegas ke gereja setelah tiba di stasiun kereta api di Yangon pada 25 November 2017, menjelang kedatangan Paus Fransiskus di Myanmar. (Foto oleh YE AUNG THU / AFP)

Rendah hati dan bangga sebagai orang Kachin

“Dia terlahir miskin, hidup melalui perang yang ganas, periode air mata dan kehancuran orang-orang Kachin. Namun ia meneguhkan orang lain melalui ketenangannya, diperkuat oleh iman yang hidup, ”kata Kardinal Bo.

Mendiang uskup agung itu akan dikenang oleh banyak orang karena kerendahan hatinya.

“Namun di balik ketenangannya tersimpan karakter kuat yang membantunya mengejar imamat meskipun banyak tantangan,” kata kardinal.

“Ketegasannya dikombinasikan dengan cinta yang merangkul semua orang,” tambahnya.

Uskup Grawng juga akan dikenang karena cintanya pada orang Kachin. “Dia adalah seorang Kachin yang bangga, dia menyukai bahasa Kachin, budaya, makanan Kachin,” kata Kardinal Bo.

“Tapi itu tidak menghalanginya untuk mencintai suku lain. Dia hadir dengan menenangkan dalam acara Gereja mana pun di mana pun, di suku mana pun, ”katanya.

“Kata partialitas [setengah-setengah] tidak dikenalnya. Non diskriminasi adalah cara hidupnya, ”tambahnya.

Uskup Grawng lahir pada 20 Maret 1939. Ia ditahbiskan imam pada 27 Maret 1965, dan diangkat menjadi Uskup Myitkyina pada 3 April 1976.

Ia ditahbiskan menjadi uskup pada 9 Juli 1976, dan pada 16 Juni 2003, ia dilantik menjadi Uskup Agung Mandalay. Dia dua kali menjadi presiden Konferensi Waligereja Burma dan melayani di berbagai komisi di Federasi Konferensi Waligereja Asia.

Ia juga pernah menjadi ketua Komisi Episkopal untuk Keluarga Kristen dan kepala Departemen Filsafat di Seminari Tinggi Katolik Nasional, Myanmar.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest