Home LiCAS.news Bahasa Indonesia News (Bahasa) Paus Fransikus menunjuk kardinal pertama untuk Brunei Darussalam

Paus Fransikus menunjuk kardinal pertama untuk Brunei Darussalam

Paus Fransiskus telah mengangkat Uskup Cornelius Sim dari Vikariat Apostolik Brunei Darussalam sebagai kardinal pertama salah satu negara terkecil dan terkaya di dunia tersebut.

Uskup Sim termasuk di antara 13 kardinal baru, dan satu dari dua kardinal baru Asia, yang akan resmi menjabat posisi itu pada 28 November.

Vikariat Apostolik Brunei Darussalam adalah bagian dari Konferensi Waligereja Malaysia-Singapura-Brunei.




Uskup Sim, yang memimpin vikariat apostolik yang terdiri dari 21.000 umat Katolik dan memiliki empat imam di tiga paroki, juga akan menjadi kardinal pertama dari Pulau Kalimantan.

Dianggap sebagai salah satu “keuskupan” termuda dan terkecil di Asia Tenggara, Vikariat Apostolik Brunei menjadi gereja yang terus berkembang dengan kegiatan spiritual yang terus bertumbuh dalam komunitasnya.

Iman Katolik dibawa ke Brunei oleh misionaris Fransiskan pada tahun 1587 tetapi Gereja lokal baru didirikan pada tahun 1997.

Dalam wawancara dengan Catholic News Agency, Uskup Sim mengatakan bahwa vikariat itu “memiliki proyek untuk memberdayakan dan menopang dimensi misionaris Gereja.”

- Newsletter -

“Kami adalah salah satu keuskupan terkecil di Asia,” katanya, dan menambahkan bahwa hanya dengan satu uskup dan tiga imam, “kami berharap akan memiliki lebih banyak panggilan imamat dan kehidupan religius.”

Brunei adalah negara seluas 2.200 mil persegi yang seluruhnya terletak di pulau Kalimantan, yang juga merupakan rumah bagi sebagian warga Malaysia dan Indonesia.

Brunei adalah negara maju, dan salah satu yang terkaya di dunia. Bahasa Melayu adalah bahasa resmi, tetapi bahasa Inggris dan Cina keduanya digunakan secara luas.

Negara ini merupakan monarki absolut yang dipimpin oleh Sultan Hassanal Bolkiah. Sekitar dua pertiga dari populasinya adalah Muslim, dan Brunei baru-baru ini dikenal karena penerapan Syariahnya, meskipun hanya diterapkan di kalangan Muslim.

Sekitar 10 persen penduduknya adalah ateis, 13 persen beragama Buddha, dan sejumlah kecil memiliki kepercayaan asli. Umat Kristen, setengahnya beragama Katolik, merupakan 10 persen dari populasi Brunei.

Uskup Sim mengatakan umat yang cukup banyak berasal dari Filipina di negara itu “membuat Gereja kami sangat hidup.”

“Mereka membawa iman mereka, dengan devosi yang populer, dan mereka sangat memperkaya kami dan iman kami,” kata prelatus itu dalam wawancara dengan CNA.

Ditahbiskan pada tahun 1989, Uskup Sim adalah imam Katolik lokal kedua yang masuk pendidikan imamat sebagai ‘panggilan yang terlambat.’

Prelatus berusia 69 tahun, yang merupakan keturunan Tionghoa dan Dusun, lahir di Seria, Brunei, pada 16 September 1951, dan belajar teknik di Universitas Dundee di Skotlandia.

Pada tahun 1988, ia memperoleh gelar master dalam Teologi di Universitas Franciscan Steubenville di Ohio.

Pada tahun yang sama, dia kembali ke Brunei dan melayani sebagai administrator Gereja St. Yohanes di Kuala Belait.

Dia ditahbiskan sebagai diakon pada 28 Mei 1989, dan menjadi imam pada 26 November tahun itu. Ia menjadi vikjen Brunei pada tahun 1995.

Pada 21 November 1997, Paus St. Yohanes Paulus II menunjuknya sebagai prefek Prefektur Apostolik Brunei, dan pada tahun 2005, ia ditahbiskan menjadi uskup.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest