Home LiCAS.news Bahasa Indonesia Church & Society (Bahasa) Kardinal Zen kritik kantor berita Jerman atas tayangan Sino-Vatikan

Kardinal Zen kritik kantor berita Jerman atas tayangan Sino-Vatikan

Kardinal Joseph Zen dari Hong Kong mengaku sangat “kecewa dan marah” atas laporan yang ditayangkan oleh kantor berita Jerman Deutsche Welle tentang kesepakatan kontroversial antara Beijing dan Vatikan.

Sebuah laporan di Radio Free Asia mengatakan bahwa kardinal  itu mempermasalahkan framing wawancara yang disiarkan di Deutsche Welle pada 28 Oktober.

Kardinal Zen mengatakan lembaga siar yang didanai negara Jerman itu mengundang koresponden urusan agama mereka untuk melawan kritiknya terhadap kesepakatan itu tanpa memberi tahu dia bahwa itu akan terjadi.

“Setelah menontonnya, saya kecewa dan marah,” katanya.


Kardinal menulis di blognya bahwa wawancara tersebut “ternyata adalah paruh pertama dari tayangan tersebut” sedangkan paruh kedua adalah wawancara dengan koresponden urusan agama mereka.

“Anda meminta untuk mewawancarai saya… kemudian Anda mengatur ada orang lain (yang hanya meniru kata-kata Vatikan) untuk melawan apa yang saya katakan… dan kemudian Anda mengakhiri tayangan dengan ini, tanpa mengizinkan saya untuk membela diri atau menjelaskan pandangan saya lagi,” tulis Kardinal Zen.

“Penasaran: Apakah organisasi Anda sebenarnya didanai oleh pemerintah Jerman atau China?” tambahnya.

- Newsletter -

Deustsche Welle mengatakan tuduhan kardinal itu “tidak berdasar,” dan mengatakan bahwa koresponden urusan agama, Martin Gak, diundang untuk memberikan latar belakang dan konteks.

“Fakta bahwa kami memiliki seorang jurnalis yang memberikan latar belakang dan konteks untuk kepentingan pemirsa kami sangat diperlukan sehubungan dengan kompleksitas masalah ini,” kata juru bicara radio Jerman.

Dalam wawancara dengan Deutsche Welle, Kardinal Zen berulang kali mengecam pembaruan kesepakatan Vatikan dengan Tiongkok.

Perjanjian tersebut, yang ditandatangani kembali bulan lalu, menyerukan Tiongkok untuk secara resmi mengakui otoritas paus di Gereja, sementara Vatikan pada gilirannya akan mengakui keabsahan uskup yang sebelumnya ditunjuk oleh Beijing.

Dalam wawancara dengan Deutsche Welle, Kardinal Zen mengatakan perjanjian tahun 2018 antara Vatikan dan Tiongkok itu membuat jutaan umat Katolik bawah tanah tidak mendapat dukungan dari Roma.

“[Dalam] dua tahun sejak perjanjian itu, segalanya menjadi sangat tidak beres, karena gereja bawah tanah [Gereja di China] tidak menerima dukungan dari Vatikan,” kata Kardinal Zen.

“Takhta Suci tidak memberikan uskup baru ke [Gereja] bawah tanah. Mereka memberikan banyak uskup ke Gereja resmi… [mereka] menjadikannya sah, ”katanya.

Kardinal Zen mengatakan “(Gereja) bawah tanah merasa ditinggalkan. Dikhianati. Karena mereka [adalah orang-orang yang bertahan] setia pada otoritas paus.”

Laporan Deustsche Welle menayangkan koresponden urusan agamanya yang mengatakan bahwa posisi Vatikan “cukup bisa dimengerti”.

“Mereka berkonsentrasi pada keterlibatan karena mereka berpikir bahwa [tidak ada kesepakatan]… membuat komunitas Katolik di Tiongkok berada dalam posisi yang sangat tidak menguntungkan,” kata Gak.

“Bagaimana Vatikan menghitung bagaimana melindungi komunitas ini selain terlibat dengan Partai Komunis China sampai taraf tertentu?” tambah Gak. 

Gak mengatakan membiarkan Tiongkok melakukan apa yang mereka inginkan “bukan solusi sama sekali” karena “membuat semua orang dalam situasi yang sangat genting.”

Akan tetapi Kardinal Zen berkata: “Bagaimana mereka bisa mengatakan bahwa kesepakatan yang buruk lebih baik daripada tidak ada kesepakatan?”

“Kesepakatan yang buruk adalah kesepakatan yang tidak bermoral, yang bertentangan dengan keyakinan kita,” katanya.

Pembaruan perjanjian antara Tiongkok dan Vatikan ditandatangani meskipun ada tindakan keras nasional terhadap organisasi keagamaan yang tidak diakui oleh pemerintah Tiongkok.

Ada hampir 350 juta penganut agama di Tiongkok pada 2017 dengan sekitar 10 juta umat Katolik, dan dari angka tersebut, 5,7 juta adalah anggota komunitas yang direstui negara.

Saksikan tayangan Deustsche Welle yang disengketakan di bawah ini:

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest