Home LiCAS.news Bahasa Indonesia News (Bahasa) Filipina mencari korban yang hilang akibat topan dahsyat

Filipina mencari korban yang hilang akibat topan dahsyat

Otoritas Filipina melanjutkan misi pencarian dan penyelamatan atas sedikitnya 22 orang yang dilaporkan masih hilang pada hari Jumat, 13 November, sehari setelah topan “Ulysses” (nama internasional: Vamco) menghancurkan bagian utara negara itu, termasuk ibu kota Manila.

Tim pencarian dan penyelamatan dari berbagai instansi pemerintah telah menyelamatkan total 138.272 orang, menurut militer Filipina.

Militer Filipina mengatakan telah menemukan sedikitnya 39 mayat setelah topan itu yang menyebabkan salah satu banjir terparah dalam beberapa tahun terakhir di ibu kota Filipina dan provinsi sekitarnya.


Namun, Dewan Manajemen dan Pengurangan Risiko Bencana Nasional Filipina, menyanggah jumlah korban tewas resmi akibat topan hanya sekitar 14 saat badan tersebut terus memverifikasi dan mengkonsolidasikan laporan dari lapangan.

Menteri Dalam Negeri Eduardo Año mengatakan laporan tentang mayat yang ditemukan masih perlu diverifikasi apakah kematian tersebut memang disebabkan oleh topan. 

Banjir dilaporkan di 105 kota besar dan kecil di seluruh Wilayah 1 hingga 5.

Topan “Ulysses”, topan ke-21 dan paling mematikan sejauh ini yang melanda negara itu tahun ini, menghantam pulau Luzon minggu ini, menyebabkan puluhan ribu rumah terendam banjir.

- Newsletter -

Di bagian timur Manila, permukaan air mulai surut pada hari Jumat, memungkinkan penduduk, yang sebelumnya diselamatkan dari atap rumah, untuk memulai membersihkan kembali rumah mereka yang dipenuhi puing dan lumpur.

Pihak berwenang mengatakan sekitar 500.000 rumah tangga di Manila dan sekitarnya tanpa listrik dan pelajara virtual dan pekerjaan pemerintah ditangguhkan di sebagian besar Luzon, yang dihuni oleh setengah dari 108 juta penduduk Filipina.

Pada hari Kamis, sejumlah gereja di ibu kota membatalkan perayaan Misa karena pusat aksi sosial paroki dan kongregasi religius sebuk mendistribusikan bantuan di sebagian besar komunitas yang terkena dampak.

Kehancuran yang ditimbulkan oleh topan “Ulysses” terjadi saat negara itu terguncang oleh dampak topan super “Rolly” (nama internasional: Goni), topan terkuat di dunia tahun 2020.

Sedikitnya 25 orang sebelumnya dilaporkan tewas akibat topan super Rolly yang meratakan ribuan rumah di wilayah Bicol, selatan ibu kota.

Topan yang terjadi berturut-turut – delapan kali dalam dua bulan terakhir – menambah tantangan pada pemerintah yang memerangi infeksi virus corona dan resesi ekonomi.

Sebuah gereja Katolik di Marikina di bagian timur ibu kota Filipina dilanda banjir setelah topan “Ulysses” yang melanda banyak bagian Metro Manila pada 12 November. (Foto oleh Gil Nartea)

Anak-anak sangat terpukul
UNICEF telah menyatakan kepeduliannya terhadap anak-anak dan keluarga Filipina yang terus menanggung beban bencana alam “sebagai salah satu negara paling rawan bencana di dunia”.

Dalam sebuah pernyataan, badan tersebut mencatat bahwa Filipina telah dilanda gangguan cuaca yang menyebabkan kerusakan signifikan pada kehidupan dan mata pencaharian dalam beberapa pekan terakhir.

“UNICEF dan mitranya menanggapi keadaan darurat dalam keadaan darurat lainnya,” kata Oyunsaikhan Dendevnorov, perwakilan UNICEF di Filipina.

“Anak-anak dan keluarga mereka semakin rentan karena mereka mengalami ancaman COVID-19 ditambah dengan topan yang kuat dan bencana lainnya,” kata pejabat itu.

“Kami sangat prihatin dengan banyaknya anak yang terus-menerus mengalami ancaman terhadap kelangsungan hidup, perkembangan, perlindungan, dan partisipasi mereka,” tambah Dendevnorov.

Sehari sebelum topan “Ulysses” melanda negara itu, UNICEF meluncurkan penggalangan dana untuk topan super “Rolly” senilai US $ 3,7 juta.

Kampanye ini dimaksudkan untuk mendukung masyarakat dan mitra agar memiliki akses ke layanan air, sanitasi, kebersihan, gizi, pendidikan, kesehatan, dan perlindungan.

Badan tersebut mengatakan bahwa meskipun saat ini pihaknya menangani komunitas yang terkena dampak topan menggunakan persediaan yang sudah diatur sebelumnya, “sumber daya ini berisiko habis jika tidak ada sumber daya tambahan yang terjamin.”

Warga melewati jalan yang terkena banjir di kota Marikina di ibu kota Filipina, Manila, selama puncak topan “Ulysses” pada 12 November. (Foto oleh Gil Nartea)

UNICEF mengatakan anak-anak yang sudah rentan akan menjadi tambah menderita. 

“Anak-anak yang terhambat pertumbuhannya bisa menjadi kekurangan gizi karena kekurangan makanan dan sumber air yang terkontaminasi,” tambahnya.

Badan tersebut mengatakan anak-anak di pusat-pusat evakuasi yang padat dapat terjangkit penyakit dan berisiko mengalami kekerasan berbasis gender, sementara siswa yang modul pembelajarannya hanyut terbawa banjir harus berhenti sekolah sekali. (Tambahan dari Reuters)

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest