Home LiCAS.news Bahasa Indonesia News (Bahasa) Uskup kecam pembunuhan yang terus terjadi di Filipina tengah

Uskup kecam pembunuhan yang terus terjadi di Filipina tengah

Uskup Gerardo Alminaza dari San Carlos di Pulau Negros di Filipina tengah mengecam “pembunuhan yang tak pernah berhenti” di keuskupannya setelah seorang dokter dan suaminya dibunuh pekan ini.

Uskup itu mengatakan bahwa pembunuhan Dr. Mary Rose Sancelan dan suaminya, Edwin, bertentangan denggan semangat Masa Natal.

Sejumlah orang bersenjata tak dikenal menembak dan membunuh dokter dan suaminya saat mereka dalam perjalanan pulang di kota Guihulngan, provinsi Negros Oriental pada 15 Desember.




Kelompok hak asasi manusia Karapatan mengatakan dokter, yang bertugas sebagai petugas kesehatan kota, sebelumnya “sudah diberi tanda merah” dan berada dalam daftar sasaran kelompok anti-komunis di provinsi itu.

Pembunuhan Sancelan dan suaminya terjadi beberapa jam setelah “Laporan Kegiatan Pemeriksaan Awal 2020” dari Mahkamah Pidana Internasional diterbitkan.

Laporan tersebut mengatakan telah ditemukan “dasar yang masuk akal” untuk percaya bahwa kampanye anti-narkotika Presiden Rodrigo Duterte melahirkan kejahatan terhadap kemanusiaan, termasuk pembunuhan.

“Dr. Sancelan dicap, difitnah, diberi tanda merah, dan sekarang, dieksekusi secara kejam oleh orang-orang yang melakukan ‘pembunuhan sistematis’ di negara ini, ”kata Uskup Alminaza dalam sebuah pernyataan.

Karapatan mengatakan dalam pernyataannya bahwa “insiden itu dengan jelas menunjukkan betapa fitnah yang tak pernah berhenti menyebabkan kematian tanpa ampun.”

- Newsletter -

Laporan awal polisi mengatakan Sancelan dan suaminya ditembak mati oleh pria bersenjata yang mengendarai sepeda motor saat dalam perjalanan pulang di desa Poblacion di kota itu.

Mereka dibawa ke rumah sakit setempat tetapi dinyatakan meninggal sebelum tiba di rumah sakit.

“Pembunuhan terhadap mereka mengungkapkan bahwa ancaman menandai individu sebagai bagian dari Tentara Rakyat Baru adalah nyata dan tentu saja tidak dibuat-buat,” kata Cristina Palabay, sekretaris jenderal Karapatan.

Palabay mengatakan insiden itu merupakan insiden terbaru dari serentetan pembunuhan di Negros, termasuk pembunuhan pekerja hak asasi manusia Zara Alvarez tahun ini.

“Berapa banyak lagi orang yang harus mengalami nasib seperti puluhan orang yang terbunuh, dicap sebagai teroris, dan kemudian berakhir mati?” kata Palabay.

“Petugas kesehatan di garis depan seperti mereka yang memberikan layanan dan pengorbanan yang tak ternilai terutama selama pandemi tidak hanya menghadapi kemungkinan terpapar virus mematikan tetapi juga lingkungan politik yang berbahaya,” katanya.

Uskup San Carlos Mgr Gerardo Alminaza berbicara di hadapan para aktivis lingkungan hidup pada Sidang Umum ke-6 Philippine Misereor Partnership Inc, 26 Februari. (Foto disediakan)

Uskup Alminaza mengatakan satu-satunya kejahatan Sancelan, seperti dialami Yesus yang akan segera lahir di palungan, adalah pelayanannya yang tidak egois kepada orang-orang miskin di Guihulngan — baik sebagai ‘dokter desa’ maupun sebagai ‘pembela orang miskin. ‘”

Uskup itu mengatakan kehidupan dokter dan komitmennya pada tugas negara yang sejati layak mendapatkan pengakuan yang layak, tetapi pemerintah gagal melindunginya.

“Jika pemerintah tidak dapat melindungi kita, siapa lagi yang akan melakukannya?” tanya uskup. “Jika pemerintah tidak dapat melindungi kita, bagaimana kita sebagai warga negara biasa bisa mempercayai pemerintah ini?”

Uskup itu berharap agar segera ada penyelidikan yang cepat dan pasti atas kematian pasangan itu dan meminta semua orang untuk berdoa agar pembunuhan segera berakhir.

“Mari bergabung bersama saya dalam doa dalam menghadapi pembunuhan yang terus menerus terjadi di keuskupan kita. Kita berharap agar pembunuhan ini segera berakhir, ”kata uskup.

“Mari bersama-sama dalam mengutuk pembunuhan yang tidak masuk akal terhadap warga sipil, yang tak berdaya dan pegawai pemerintah yang berdedikasi,” tambahnya.

“Keluarga-keluarga Filipina tidak pantas menerima hadiah kekerasan yang tidak masuk akal ini,” kata Uskup Alminaza.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest