Raksasa penjualan dan teknologi online Alibaba memperkenalkan layanan pengenalan wajah kepada pelanggannya untuk mendeteksi anggota kelompok etnis minoritas Uighur di Tiongkok, kata sebuah laporan.
Kelompok hak asasi manusia telah berulang kali melaporkan bahwa warga Uighur telah menjadi sasaran penahanan massal di kamp “pendidikan ulang” di wilayah Xinjiang.
Sebuah laporan IPVM, otoritas pengawasan video terkemuka, mengatakan Alibaba “secara terbuka memberikan layanan Cloud untuk mengenal warga Uighur/’etnis minoritas’.
Laporan itu mengatakan layanan tersebut memungkinkan para pelanggan mendapat informasi dari Alibaba ketika perusahaan itu mendeteksi seorang Uighur.
“Ini berarti pendeteksi Uighur melampaui penggunaan oleh polisi Tiongkok hingga Internet negara itu di mana pemerintah [Republik Rakyat Tiongkok] menindak minoritas yang tertindas,” kata laporan itu.
Laporan itu menambahkan bahwa Alibaba Cloud “dengan cepat menghapus sebutan Uighur dan deteksi minoritas di situsnya setelah Alibaba dihubungi untuk memberikan komentar.”
Alibaba Cloud mengklaim bahwa fitur tersebut hanya digunakan “dalam lingkungan pengujian”.
Awal bulan ini, IPVM dan The Washington Post melaporkan bahwa raksasa teknologi asal Tiongkok, Huawei dan Megvii, juga telah menguji dan memvalidasi “informasi Uighur” sebagai bagian dari perangkat lunak pengenal wajah yang dimaksudkan untuk digunakan oleh polisi.
Alibaba Cloud, juga dikenal sebagai Aliyun, mengklaim tiga juta pelanggan di seluruh dunia, dan merupakan layanan cloud terbesar di Tiongkok.
Laynan pengenalan wajah orang Uighur adalah bagian dari solusi “Cloud Shield” Alibaba, yang menawarkan kepada klien kemampuan untuk mendeteksi dan mengenali teks, gambar, video, dan suara yang berisi pornografi, politik, terorisme, iklan, dan spam.
Laporan sebelumnya mengatakan pemerintah komunis Tiongkok telah berusaha untuk mengontrol tingkat kelahiran warga Uighur dan kelompok etnis lainnya sebagai bagian dari kampanye untuk mengekang populasi Muslim minoritas.
Laporan Jamestown Foundation pada bulan Juni mencatatnya sebagai “aspek kebijakan negara yang mengganggu,” yang menekan tingkat kelahiran di antara komunitas etnis Uighur.
Disebutkan pula dalam laporan itu bahwa langkah tersebut termasuk penerapan kontrasepsi dan sterilisasi massal wajib yang diarahkan oleh otoritas Partai Komunis Tiongkok yang berkuasa.
Proyek tersebut dikatakan bertujuan “untuk mengurangi populasi Uighur di Xinjiang agar sama dengan jumlah etnis Han China, dan … untuk mendorong asimilasi Uighur yang lebih cepat.”
Bulan lalu dalam buku baru “Let Us Dream: The Path to A Better Future,” Paus Fransiskus mengatakan dia sering berpikir tentang “orang-orang yang teraniaya seperti Rohingya, Uighur, Yazidi.”
Itu merupakan pertama kalinya paus secara terbuka menyebut orang-orang Uighur sebagai orang yang dianiaya, sesuatu yang telah didesak oleh para aktivis hak asasi manusia selama bertahun-tahun.
Sebelumnya paus telah berbicara tentang Rohingya yang mengungsi dari Myanmar dan pembunuhan Yazidi oleh ISIS di Irak, sedangkan menyebut orang Uighur baru pertama kali.
Penyebutan Uighur sebagai yang teraniaya oleh paus disambut oleh aktivis hak asasi manusia dan pengamat Tiongkok, tetapi banyak juga yang mengatakan sudah lama mereka mengharapkan itu disampaikan oleh paus.
Simak video IPVM ini tentang bagaimana Alibaba memperkenalkan pendeteksi Uighur sebagai sebuah layanan: