Home LiCAS.news Bahasa Indonesia Church & Society (Bahasa) Vatikan: Jika tidak ada alternatif, vaksin dari sel janin dapat diterima secara...

Vatikan: Jika tidak ada alternatif, vaksin dari sel janin dapat diterima secara moral

Vatikan mengatakan bahwa penggunaan vaksin COVID-19 meskipun jika itu diproduksi dengan menggunakan sel yang diambil dari jaringan janin hasil diaborsi secara moral dapat diterima.

Dalam sebuah catatan yang dikeluarkan 21 Desember, Kongregasi Ajaran Iman mengatakan penggunaan vaksin semacam itu diizinkan jika tidak ada alternatif lain.

Baik vaksin Pfizer Inc dan Moderna Inc memiliki hubungan dengan sel yang berasal dari jaringan aborsi pada abad terakhir, menurut Konferensi Waligereja Katolik Amerika Serikat, yang mengeluarkan catatan terpisah untuk umat Katolik Amerika minggu lalu.




Dalam menjelaskan pengumuman Vatikan tersebut, catatan itu menyebutkan bahwa pertanyaan seputar penggunaan vaksin secara umum sering menjadi kontroversi di forum opini publik.

“Dalam beberapa bulan terakhir, Kongregasi ini telah menerima beberapa permintaan nasihat terkait penggunaan vaksin untuk virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19, yang dalam proses penelitian dan produksi menggunakan sel yang diambil dari jaringan dua aborsi yang terjadi dalam satu abad terakhir, ” bunyi catatan yang disetujui oleh Paus Fransiskus itu.

“Pada saat yang sama, pernyataan yang beragam dan terkadang bertentangan dari para uskup, asosiasi Katolik dan para ahli yang muncul di media massa telah menimbulkan pertanyaan tentang moralitas penggunaan vaksin ini.”

Vatikan mengatakan bahwa pemberian legitimasi moral adalah terkait dengan prinsip “derajat yang berbeda dari tanggung jawab kerjasama dalam kejahatan”. Artinya bahwa karena pandemi merupakan bahaya yang sangat besar, vaksin semacam itu “dapat digunakan dengan hati nurani yang baik dengan pengetahuan tertentu bahwa itu bukan merupakan kerjasama formal dalam aborsi sebagai asal dari sel-sel yang digunakan dalam produksi vaksin,” kata catatan itu.

- Newsletter -

Jika tidak adanya vaksin yang aman yang dibuat dari sumber lain, “menerima vaksin COVID-19 yang menggunakan sel dari janin yang diaborsi dalam proses penelitian dan produksinya dapat diterima secara moral.”

Konferensi Waligereja Katolik Amerika mengatakan vaksin itu menggunakan sel yang diambil dari jaringan yang diperoleh dari dua aborsi yang terjadi pada 1960-an dan 1970-an dan yang sering kali direplikasi sejak itu.

Dalam catatan itu Vatikan mengatakan penggunaan vaksin semacam itu “tidak dengan sendirinya merupakan legitimasi, sekalipun tidak langsung, atas praktik aborsi”.

Patung kecil yang menyerupai janin berusia tiga bulan ini diambil pada 12 Maret 2008 di altar gereja Katolik Nossa Senhora da Paz di Ipanema Rio de Janeiro, saat aksi menentang aborsi. (Foto oleh Vanderlei Almeida/AFP)

“Penggunaan sah vaksin semacam itu tidak dan tidak boleh dengan cara apa pun menyiratkan bahwa ada dukungan moral dari penggunaan sel yang berasal dari janin yang diaborsi,” kata catatan itu.

Vatikan melalui catatan itu juga mendesak industri farmasi untuk mengembangkan vaksin yang sepenuhnya etis dan agar pemerintah serta organisasi internasional membuatnya dapat diakses oleh negara-negara miskin.

Vatikan menambahkan bahwa penggunaan vaksin bersifat sukarela dan bukan merupakan kewajiban moral.

“Namun dari sudut pandang etika, moralitas vaksinasi tidak hanya bergantung pada tugas untuk melindungi kesehatan seseorang, tetapi juga pada tugas untuk mengejar kebaikan bersama,” kata catatan itu.

“Jika tidak ada cara lain untuk menghentikan atau bahkan mencegah epidemi, kepentingan bersama dapat merekomendasikan vaksinasi, terutama untuk melindungi yang paling lemah dan paling terpapar,” kata dokumen itu.

“Namun, mereka yang karena alasan hati nurani, menolak untuk divaksin dengan vaksin yang diproduksi dengan sel janin yang diaborsi, harus melakukan yang terbaik, dengan cara profilaksis lain dan perilaku yang sesuai, agar tidak menjadi sarana transmisi infeksi. Secara khusus, mereka harus menghindari risiko terhadap kesehatan mereka yang tidak dapat divaksinasi karena alasan medis atau lainnya, dan yang paling rentan. ”

Tambahan dari Reuters

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest