Seorang pensiunan uskup di Filipina menyambut baik kasus sumpah palsu yang dilaporkan terhadap seorang pria yang menuduhnya dan beberapa tokoh gereja lainnya berencana menggulingkan pemerintah negara itu.
“Saya senang seseorang melaporkan kasus sumpah palsu [Peter Joemel‘ Bikoy ’Advincula],” kata pensiunan Uskup Teodoro Bacani Jr. dalam sebuah wawancara dengan Radio Veritas 846 pada 22 Januari.
“Saya ingin tahu siapa di belakang Bikoy, siapa yang membayarnya, siapa yang menghasutnya untuk berbohong,” tambah Uskup Bacani.
Pengadilan Manila pada 20 Januari mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Advincula atas tuduhan sumpah palsu.
Dalam pernyataan sumpah Advincula mengklaim bahwa gereja dan pemimpin oposisi politik telah menjadi bagian dari rencana menjatuhkan Presiden Rodrigo Duterte.
Jaksa penuntut menemukan alasan yang memungkinkan untuk menuntut Advincula dengan tuduhan sumpah palsu atas klaimnya bahwa pengacara Chel Diokno, Lorenzo Tañada III, dan Theodore Te bertemu untuk merencanakan penggulingan Duterte.
Diokno, Tañada, dan Te termasuk di antara orang-orang yang dilaporkan oleh Kepolisian Nasional Filipina terhadap tokoh oposisi pada Juli 2019.
Laporan tersebut dibatalkan tetapi tuduhan persekongkolan untuk melakukan penghasutan diajukan terhadap mantan Senator Antonio Trillanes dan beberapa lainnya, termasuk para pemimpin gereja.
Uskup Bacani mengatakan Advincula harus bertanggungjawab atas kebohongannya karena dia berada di bawah sumpah ketika dia menuduh Uskup Pablo Virgilio David, Uskup Honesto Ongtioco, Uskup Agung Socrates Villegas, dan Pastor Flaviano Villanueva, Albert Alejo, dan Robert Reyes sebagai bagian dari plot tersebut.
