Home LiCAS.news Bahasa Indonesia Church & Society (Bahasa) Uskup Manila minta para imam tinggalkan 'zona nyaman'

Uskup Manila minta para imam tinggalkan ‘zona nyaman’

Uskup Manila Mgr Broderick Pabillo mengatakan kepada para imam agar meninggalkan “zona nyaman” mereka dan menemui orang-orang miskin atau berisiko menjadi orang yang pasif.

Uskup itu mengatakan para imam harus melanjutkan tugas mereka sebagai misionaris terutama di daerah-daerah pinggiran, bersamaan dengan Filipina memulai perayaan ulang tahun ke-500 kedatangan agama Kristen di negara itu.

“Berada dalam keadaan misi bukanlah pilihan,” kata Uskup Pabillo dalam homilinya saat Misa di Katedral Manila, 7 Februari.


“Itu syarat yang diperlukan jika kita ingin diperbarui sebagai Gereja yang hidup, dan tidak hanya menjadi museum yang hanya dikunjungi sesekali tetapi tidak dapat mengubah kehidupan,” ujarnya.

Perayaan itu juga menandai peringatan 442 tahun pengangkatan Manila sebagai keuskupan, yang pertama di Filipina, dengan yurisdiksi atas seluruh negara itu.

Pada tahun 1595, Manila diangkat menjadi keuskupan agung bersama Nueva Segovia di Ilocandia, dengan Nueva Caceres di Bicol dan Cebu di Visayas sebagai keuskupan sufragannya.

Meskipun dengan akar sejarah yang dalam, Uskup Pabillo memperingatkan “bahaya menjadi sebuah monumen.”

“Kita boleh memiliki semua ini, tapi sebagai Gereja kita tidak boleh hanya menjadi barang antik, museum, dan artefak yang perhatian utamanya adalah pelestarian dan konservasi,” katanya.

- Newsletter -

Merenungkan tema tahun Yubileum, “Missio ad Gentes,” Uskup Pabillo mendesak paroki-paroki di bawah yurisdiksinya untuk melanjutkan “misi perluasan Manila yang diwariskan kepada kita semua.”

Prelatus itu mengakui bahwa meninggalkan “situasi nyaman dan akrab” itu sulit, tetapi Uskup Pabillo mengatakan bahwa pandemi virus corona telah mendorong kita keluar dari zona nyaman kita, apakah kita menyukainya atau tidak.

Ia mengatakan bahwa krisis kesehatan mendorong keuskupan agung itu untuk menjangkau masyarakat miskin untuk mendistribusikan bantuan dan pada saat yang sama membentuk solidaritas antar paroki.

“Kita telah memulai dorongan awal untuk keluar dari zona nyaman kita dan menjangkau pinggiran, marilah kita melanjutkan misi ini,” kata Uskup Pabillo.

“Ya, kita harus berani menjangkau landasan baru. Akan ada biaya. Kita akan membuat kesalahan. Akan ada kritikan, tapi mari kita lanjutkan,” katanya.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest