Home LiCAS.news Bahasa Indonesia Church & Society (Bahasa) Gereja sebut neoliberalisme mendongkrak perdagangan orang

Gereja sebut neoliberalisme mendongkrak perdagangan orang

Pemimpin berbagai Gereja di Filipina menandai Hari Doa Sedunia dan Kesadaran Menentang Perdagangan Manusia pada 8 Februari dengan seruan untuk mengakhiri kebijakan ekonomi neoliberal.

Mereka menyalahkan neoliberalisme, yang digambarkan sebagai “model ekonomi dominan pada zaman sekarang” sebagai penyebab meningkatnya jumlah kasus perdagangan manusia di negara itu.

Para pemimpin gereja itu mengatakan model ekonomi, yang “memandang orang miskin sebagai komoditas dan budak”, mendorong asumsi bahwa menciptakan kekayaan untuk bisnis besar “akan mengalir kepada mereka yang paling membutuhkan.”


Pastor Resty Ogsimer, sekretaris eksekutif Komisi Migran Konferensi Waligereja Katolik Filipina, mengatakan di bawah neoliberalisme lebih banyak orang yang diperdagangkan dan menjadi budak.

Neoliberalisme merujuk pada kebijakan reformasi berorientasi pasar seperti “menghilangkan kendali harga, deregulasi pasar modal, dan menurunkan hambatan perdagangan.”

Organisasi Buruh Internasional memperkirakan sekitar 40,3 juta orang berada dalam perbudakan modern, termasuk 24,9 juta orang dalam kerja paksa.

Menurut Global Report on Trafficking in Persons 2020, 38 persen dari korban perdagangan manusia yang terdeteksi dipakai untuk kerja paksa, sementara 50 persen untuk eksploitasi seksual.

- Newsletter -

“Korban perdagangan untuk kerja paksa dieksploitasi di berbagai sektor ekonomi,” kata laporan itu.

Menurut Pastor Ogsimer di bawah sistem ekonomi, “orang kaya mendapat keuntungan besar dalam kekayaan mereka, sementara mereka yang miskin terus berjuang melawan rintangan yang semakin besar.”

Imam itu mendesak umat beriman untuk menanggapi tantangan ensiklik Paus Fransiskus tentang lingkungan “untuk hidup sederhana dan menghindari memperoleh hal-hal yang dihasilkan dengan mengeksploitasi dan memperdagangkan orang.”

Awak kapal penangkap ikan Thailand di Myanmar sedang menyortir ikan. Industri makanan laut Thailand merupakan salah satu sektor yang masih rawan perdagangan manusia. (Foto shutterstock.com)

Marie Sol Villalon dari Dewan Gereja Nasional di Filipina mengatakan banyak orang dari negara miskin yang mencari pekerjaan di negara lain “dipandang sebagai komoditas dan alat untuk pembangunan.”

Ia mengatakan pemerintah mengekspor rakyatnya sendiri dan memandang mereka sebagai komoditas untuk diperdagangkan di pasar global guna mendapatkan devisa.

Uskup Noel Pantoja, ketua Gerakan Antar Agama Filipina Melawan Perdagangan Orang, mengatakan umat Kristiani dipanggil untuk peduli, melindungi, dan berdoa untuk kebebasan para korban dan untuk penyembuhan para penyintas perdagangan manusia.

Ia mendesak lembaga-lembaga Gereja dan kelompok masyarakat sipil untuk menanggapi dan bertindak bagi orang-orang yang menjadi korban dari salah satu kejahatan terbesar terhadap kemanusiaan ini.

Hari Doa Sedunia dan Kesadaran Menentang Perdagangan Manusia ditetapkan oleh Dewan Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian, dan Persatuan Pemimpin Umum Internasional.

Perayaannya bertepatan dengan pesta St. Josephine Bakhita, yang mengalami 144 luka fisik sepanjang hidupnya, yang dialaminya setelah dia diculik pada usia sembilan tahun dan dijual sebagai budak.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest