Kardinal Luis Antonio Tagle, prefek Kongregasi untuk Evangelisasi Bangsa-bangsa, meminta umat beriman untuk berkomitmen pada perlindungan lingkungan.
Kardinal asal Filipina itu, yang juga mengepalai Caritas Internationalis, mengatakan setiap orang harus “mengambil tindakan” untuk membebaskan bumi dari tuntutan dan keinginan manusia semata.
Hal itu disampaikan Kardinal Tagle saat peluncuran “Program Laudato si Nasional 2021” oleh Konferensi Waligereja Filipina pada 3 Maret.
“Sebagai bagian dari ciptaan, kita juga harus menjadi doa yang hidup kepada Tuhan… tetapi pada saat yang sama kita berdoa bagi ciptaan karena ciptaan ada untuk kita dan untuk ciptaan lainnya,” kata Kardinal Tagle.
Ia mengatakan keluarga manusia harus mengambil tindakan untuk melindungi ciptaan “karena ciptaan selalu ada untuk menopang kita”. Ia juga mengimbau masyarakat untuk “hidup sederhana” agar bumi memiliki waktu untuk istirahat.
Bekas uskup agung Manila itu mengatakan ensiklik Paus Fransiskus tentang Memelihara Bumi Sebagai Rumah Kita Bersama bukanlah dokumen tentang lingkungan hidup tetapi bagian dari ajaran sosial Gereja.
Kardinal mengatakan paus menulis ensiklik Laudato si berdasarkan kitab suci dan tradisi Gereja untuk melihat apa yang harus dilakukan orang Kristen untuk “membawa iman ke dalam transformasi masyarakat.”
Ia mengatakan ensiklik itu menantang seluruh keluarga manusia untuk terlibat dalam konversi ekologis, memperjuangkan keadilan ekologis, dan mengejar tindakan ekologis.
Pada bulan Juni 2020, Vatikan merilis dokumen setebal 200 halaman yang bertujuan untuk menginspirasi dan membimbing umat Kristiani untuk bertindak atas panggilan Gereja untuk mempromosikan ekologi integral dan pemeliharaan ciptaan.
Teks berjudul ‘Dalam Perjalanan untuk Merawat Rumah Bersama’ memandu publik bagaimana melakukan tugas pribadi untuk mencapai tindakan konkret, antara lain diet, daur ulang, dan divestasi sumber energi kotor.
Di Filipina, Gereja Katolik telah menetapkan pedoman pelaksanaan Program “National Laudato si’ yang membutuhkan pendekatan “seluruh bangsa”.
Uskup Agung Davao Mgr. Romulo Valles, presiden konferensi para uskup Filipina, mengatakan program nasional itu merupakan “tanggapan aktif terhadap masalah mendesak” yaitu memburuknya kondisi planet ini.
Uskup agung itu mengatakan banyak orang telah menderita dan lebih banyak lagi yang sedang menderita karena krisis iklim, tetapi “tidak kehilangan harapan” karena semakin banyak orang “mulai bertindak untuk merawat Rumah Bersama kita.”
Sementara darurat iklim adalah masalah global yang membutuhkan tindakan global, orang-orang dari negara-negara miskin, seperti Filipina, menjadi masyarakat yang “paling rentan.”
Dalam wawancara dengan LiCAS.news, Uskup Jose Colin Bagaforo, kepala Caritas Filipina, mengatakan langkah pertama dalam memecahkan masalah ekologi adalah mengakui bahwa “kita telah berdosa dan melanggar Ibu Bumi.”
“Setelah sekian lama menyalahgunakan lingkungan, sudah menjadi kewajiban kita untuk memberinya waktu untuk melakukan regenerasi dan memungkinkannya memberi kita masa depan,” kata prelatus itu.