Home LiCAS.news Bahasa Indonesia Church & Society (Bahasa) Semua gereja di ibu kota Filipina ditutup lagi akibat lonjakan kasus COVID-19

Semua gereja di ibu kota Filipina ditutup lagi akibat lonjakan kasus COVID-19

Beberapa keuskupan Katolik di ibu kota Filipina menutup kembali semua gereja menyusul peningkatan jumlah kasus COVID-19 di negara tersebut.

Gereja San Agustin yang telah berusia ratusan tahun di Manila telah ditutup sejak Minggu, 21 Maret, menyusul kematian pastor parokinya karena penyakit virus corona.

Pastor Arnold Sta. Maria Canoza, seorang imam Agustinian, meninggal karena penyakit itu pada usia 45 tahun.

Pastor Canoza telah menjadi seorang religius dalam Ordo Santo Agustinus selama 14 tahun. Dia pertama kali mengucapkan kaulnya pada Juni 2006 dan mengikrarkan kaul kekal pada Februari 2011.


Kematian imam itu membuat biaranya diisolasi tanpa batas waktu dan akses ke gereja akan dibatasi.

“Operasi di kantor paroki juga akan ditangguhkan hingga pemberitahuan lebih lanjut,” bunyi pengumuman dari paroki. “Kami mohon pengertian dan doanya,” kata pengumuman itu.

Pada hari Sabtu, Filipina mencatat 7.999 kasus baru, hari kedua berturut-turut negara itu mencatat rekor tertinggi dalam kasus harian.

- Newsletter -

Kementerian Kesehatan mengatakan total kasus yang dikonfirmasi telah meningkat menjadi 656.056, sementara kematian mencapai 12.930, setelah 30 kematian baru tercatat pada hari Sabtu.

Sebuah gereja di ibu kota Filipina ditutup setelah beberapa keuskupan mengumumkan lockdown untuk menahan penyebaran penyakit virus corona. (Foto oleh Mark Saludes)

Gereja-gereja di Metro Manila tutup

Beberapa keuskupan di Manila mengumumkan penutupan gereja selama dua minggu mulai tanggal 22 Maret hingga 4 April.

“Ini bertujuan untuk mendorong umat beriman agar tetap di rumah dan menjaga mereka tetap aman,” kata Uskup Cubao Mgr Honesto Ongtioco dalam pernyataan yang dirilis pada hari Minggu.

Uskup itu mengatakan bahwa meskipun penutupan gereja pada masa penting dalam tahun liturgi adalah “memilukan … kita juga membuka mata kita terhadap situasi yang menempatkan banyak umat kita dalam bahaya.”

Gereja Katolik akan merayakan Pekan Suci mulai 28 Maret, dimulai dengan Minggu Palem, hingga Minggu Paskah pada 4 April.

“Jumlah (kasus COVID-19) melonjak dan data ilmiah menunjukkan bahwa jika intervensi drastis tidak dilakukan, jumlah ini tidak akan menurun dalam waktu dekat,” kata Uskup Ongtioco.

“Secara bersama-sama, kita harus banyak berkorban demi saudara dan saudari kita,” katanya.

Ia meyakinkan umat beriman bahwa para pemimpin dan pelayan Gereja akan mengerahkan semua upaya yang mungkin untuk mencari cara terbaik dan bermanfaat untuk merayakan Pekan Suci “secara aman, di platform online.”

Sebuah tanda untuk mencegah penyebaran penyakit virus corona dipasang di bangku gereja Katolik di Keuskupan Cubao. (Foto oleh Mark Saludes)

Di Keuskupan Novaliches, Uskup Roberto Gaa mengeluarkan surat edaran pada tanggal 20 Maret, dan mengatakan bahwa ada “kebutuhan yang kuat, bahkan keharusan yang besar” untuk menutup gereja-gereja.

“Saya yakin jika tidak ada yang luar biasa dilakukan dan hal-hal dibiarkan seperti sekarang, situasi lebih buruk dapat meluas ke tempat-tempat lain baik di dalam maupun di luar keuskupan kita,” kata uskup itu.

“Tampaknya satu-satunya cara bagi kita untuk mengendalikan lonjakan kasus COVID lebih lanjut adalah dengan membatasi pergerakan orang,” kata Uskup Gaa.

Uskup itu mendesak paroki untuk menayangkan Misa dan kegiatan gereja lainnya secara online mulai 22 Maret.

“Kami mendorong umat untuk tetap di rumah dan mengikuti aktivitas ini secara online,” katanya.

“Kami juga mendesak kantor paroki untuk mengurangi setengah dari pegawainya dan bahkan membatasi pergerakan personel gereja hanya untuk gedung dan halaman gereja saja,” kata Uskup Gaa.

Prelatus itu menambahkan: “Saya tahu betapa sulitnya keputusan ini bagi banyak umat Katolik, karena gereja adalah tempat di mana umat datang mencari dan menemukan perlindungan, dan menghadiri kegiatan pada saat momen paling suci tahun ini.”

“Namun, saya terhibur dengan perkataan Tuhan dalam Injil Minggu ke-5 Prapaskah ini, ‘Sungguh, saya berkata kepadamu, jika biji gandum tidak jatuh ke bumi dan mati, ia tetap hanya satu; tetapi jika mati, ia menghasilkan banyak buah (Yoh. 12:24),” kata uskup.

Di Keuskupan Pasig, tidak akan ada Misa umum di semua paroki dan kapel mulai 22 Maret.

Keuskupan Agung Manila juga menangguhkan semua perayaan Misa umum dari 22 Maret hingga 4 April.

A priest celebrates Mass in an empty church as the lockdown to prevent the spread of the new coronavirus disease is implemented in the Philippine capital Manila. (Photo by Mark Saludes)

Uskup Agung Lipa positif COVID-19

Uskup Agung Lipa Gilbert Garcera dinyatakan positif terjangkit virus corona.

“Seperti yang telah Anda ketahui, beberapa pastor dan saya dinyatakan positif COVID-19,” katanya dalam surat edaran tertanggal 20 Maret, dan menambahkan bahwa mereka dalam perawatan kesehatan.

“Sementara perawatan medis yang diperlukan terus berlanjut, saya harus mengakui bahwa perang melawan COVID-19 masih jauh dari selesai,” kata uskup agung itu.

Uskupa itu meminta semua orang untuk berdoa agar mereka segera sembuh dan berdoa agar pandemi segera berakhir.

“Saya berterima kasih kepada semua imam, religius dan umat awam atas harapan dan doa anda semua,” kata uskup agung itu.

“Sekali lagi, saya meminta semua imam untuk mempersembahkan Misa, doa,  dan doa Rosario untuk kesembuhan kami dan agar pandemi ini segera berlalu,” tambah prelatus itu.

Sementara itu, badan aksi sosial Keuskupan Agung Manila mengumumkan bahwa Pastor Anton Pascual, direktur eksekutif Caritas Manila, dinyatakan positif COVID-19.
Veritas 846 yang dikelola oleh Gereja mengatakan imam itu sekarang dirawat di RS Kardinal Santos, sementara karyawan yang terinfeksi lainnya berada dikarantina.

Gedung Caritas Manila yang berlokasi di Jalan Yesus di distrik Pandacan, Manila, juga telah ditutup hingga 28 Maret.

Organisasi Gereja itu memastikan bahwa pelayanan di Metro Manila dan daerah sekitarnya tetap diberikan, terutama bagi mereka yang terkena pandemi.


Filipina sedang berjuang melawan lonjakan infeksi baru, termasuk dari varian baru dan lebih menular, sehingga menunda pembukaan kembali ekonomi yang sudah dilanda pandemi.

“Kasus COVID-19 yang tercatat di negara itu tetap tinggi. Jadi, lebih baik tinggal di rumah jika tidak perlu keluar,” kata departemen kesehatan.

Filipina mencatat 114 kasus COVID-19 karena varian baru virus corona, termasuk enam kasus varian P.3 yang berkembang dalam negeri, setelah rangkaian baru “sekuensing genom” pada 150 sampel.

Otoritas kesehatan melaporkan 46 infeksi baru dari varian B.1.1.7 yang pertama kali terdeteksi di Inggris, dan 62 kasus dari varian B.1.351 ditemukan di Afrika Selatan. Hal ini membuat kasus untuk varian tersebut masing-masing menjadi 223 dan 152.

Kasus COVID-19 dan kematian akibat virus itu di Filipina adalah yang tertinggi kedua di Asia Tenggara, setelah Indonesia. Laporan tambahan dari Reuters

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest