Kegiatan keagamaan di ibukota Filipina, Manila, dilarang mulai Senin tanggal 29 Maret, setelah pihak berwenang menerapkan lockdown di ibu kota negara itu karena meningkatnya jumlah kasus COVID-19.
Penerapan “karantina komunitas yang ditingkatkan” yang melarang pertemuan massal termasuk pelayanan gereja, berlaku selama Pekan Suci hingga Minggu Paskah, 4 April.
“Kami tidak akan mengizinkan segala bentuk pertemuan massa termasuk pertemuan gereja,” kata juru bicara kepresidenan Harry Roque dalam jumpa pers pada Sabtu, 28 Maret.
Pernikahan, pembaptisan, dan layanan pemakaman diperbolehkan tetapi hanya maksimal sepuluh anggota keluarga dekat yang boleh hadir.
Konferensi Waligereja Filipina meminta umat beriman untuk berdoa “terus menerus dan sungguh-sungguh” untuk mengakhiri pandemi.
Uskup Agung Davao Mgr Romulo Valles, presiden Konferensi Waligereja Filipina, menggambarkan situasi pandemi saat ini “sangat mengkhawatirkan.”
Dalam surat kepada sesama para uskup pada 28 Maret, Uskup Agung Valles mendesak semua orang untuk berdoa dengan sungguh-sungguh dan tak henti-hentinya “memohon campur tangah Tuhan sehingga kita akan terhindar dari infeksi ini.”
“Mari bersatu dalam mengintensifkan doa kita kepada Tuhan, antara lain dengan berdoa ‘Oratio Imperata’ dan Misa saat Pandemi, jika secara liturgi memungkinkan, sehingga pandemi ini akan segera berakhir,” katanya.
Uskup agung itu juga mendesak semua orang untuk berdoa bagi umat di keuskupan agung Manila dan keuskupan-keuskupan di wilayah ibu kota negara dan provinsi-provinsi sekitarnya yang mengalami peningkatan jumlah infeksi.
“Kita jangan melupakan mereka yang paling menderita akibat pandemi ini, terutama keluarga miskin dan mereka yang kehilangan pendapatan sehari-hari agar tetap bisa mendapatkan makanan,” kata Uskup Agung Valles.
“Bersama-sama, mari kita satukan upaya untuk membawa belas kasihan dan cinta kasih untuk mereka,” tambahnya.

Departemen Kesehatan melaporkan 9.595 kasus virus corona baru pada Sabtu, 27 Maret, menandai hari kedua berturut-turut lonjakan infeksi harian yang melampaui 9.000 kasus.
Filipina sekarang memiliki 118.122 kasus COVID-19 aktif, atau pasien yang saat ini sakit, terbanyak sejak pandemi dimulai.
Total beban kasus yang dikonfirmasi di negara tersebut hingga 28 Maret sudah mencapai 721.892.
Jumlah kasus baru pada Maret 2021 saja sudah melampaui penghitungan infeksi bulanan tertinggi yang ditetapkan pada Agustus. Kasus COVID-19 baru pada periode tersebut mencapai puncaknya dengan 127.465 kasus.
Setidaknya ada 136.090 kasus baru yang tercatat sejak 1 Maret 2021 dan bulan ini masih menyisakan beberapa hari lagi.
Departemen Kesehatan juga melaporkan 10 kematian baru karena COVID-19, menjadikan jumlah kematian menjadi 13.159 sementara yang sembuh naik 481, menjadi 603.154.
“Karantina Komunitas yang Ditingkatkan” berarti bahwa hanya mereka yang dianggap sebagai “orang yang berwenang di luar tempat tinggal” atau APOR yang dapat melakukan perjalanan masuk dan keluar dari area karantina.
Pembatasan lain termasuk jam malam dari jam 6 sore. sampai jam 5 pagi dan tidak ada makan dalam ruangan di restoran.
Presiden Rodrigo Duterte menempatkan pulau utama Luzon di bawah “karantina komunitas yang ditingkatkan” dari pertengahan Maret hingga pertengahan Mei tahun lalu, memerintahkan pekerja yang tidak penting untuk tinggal di rumah untuk memperlambat penyebaran virus.
Namun pemerintah mulai melonggarkan pembatasan di Luzon pada 1 Juni, mengizinkan lebih banyak pergerakan dan pembukaan kembali bisnis.