Teolog asal Swiss, Hans Küng, yang dikenal dalam Gereja Katolik karena mempertanyakan doktrin infalibilitas kepausan, meninggal pada 6 April, pada usia 93 tahun.
Küng memperjuangkan reformasi dalam Gereja Katolik sejak Konsili Vatikan II yang berlangsung 1962-1965, di mana dia menjadi penasihat muda yang memperjuangkan gereja yang terdesentralisasi, imam yang menikah, dan keluarga berencana artifisial.
Ia diangkat menjadi profesor teologi di Universitas Tübingen, Jerman, pada tahun 1960. Vatikan kemudian mencabut izinnya untuk mengajar teologi Katolik pada tahun 1979.
Sebagai gantinya, universitas itu menjadikannya profesor teologi ekumenis, sebuah pos yang memberinya kesempatan untuk menulis lusinan buku, beberapa di antaranya sangat laris, serta banyak artikel.
Küng, yang menderita penyakit Parkinson, lahir pada 19 Maret 1928 di Sursee, Kanton Luzern, dan belajar di Roma sebelum ditahbiskan pada 1954.
Awal 1990-an, Küng memulai proyek “Etika Global” yang bertujuan untuk menjelaskan kesamaan agama-agama di dunia dan menetapkan nilai-nilai yang sama.
Tahun 2010, ia meminta para uskup Katolik untuk menentang Paus Benediktus XVI dan mendorong reformasi dari bawah untuk memulihkan kredibilitas Gereja di tengah skandal pelecehan seksual.
Kung menggambarkan Paus Fransiskus sebagai “secercah harapan” yang muncul bagi Gereja.
Dalam disertasi doktoralnya, Hans Kung mengemukakan konvergensi antara Katolik dan Reformasi pada doktrin Pembenaran, mengklaim bahwa hal yang sama ditegaskan dengan kata-kata yang berbeda.
Ia mendedikasikan dirinya untuk mempelajari sejarah agama-agama, terutama yang berakar pada Abraham. Ia juga dikenal karena pendiriannya pada bidang teologi dan moral, dan sering mengkritik berbagai poin dalam doktrin Katolik.