Home LiCAS.news Bahasa Indonesia News (Bahasa) Gereja Filipina bela 'komunitas dapur umum' yang dituduh sebagai alat propaganda

Gereja Filipina bela ‘komunitas dapur umum’ yang dituduh sebagai alat propaganda

Berbagai kelompok gereja telah menyatakan dukungan bagi komunitas pemberi makan atau ‘bank makanan’ yang terus menjamur di Filipina selama pandemi, meskipun ada tuduhan bahwa ini adalah alat propaganda “kiri”.

“Upaya mulia kelompok-kelompok ini untuk berbagi, berakar pada perintah untuk mengasishi sesamamu seperti Kristus mencintai kita,” bunyi pernyataan dari Asosiasi Pemimpin Tarekat Religius Filipina (AMRSP ).

Dewan Gereja Nasional Protestan di Filipina (NCCP) menyebut inisiatif memberi makan tersebut sebagai “teladan atas perintah Yesus Kristus untuk mencintai sesama kita.”


“Ini tidak hanya menunjukkan nilai-nilai Kristiani tetapi juga nilai-nilai dari agama lain, untuk memperhatikan dan mengasihi saudara dan saudari kita yang paling hina,” bunyi pernyataan NCCP.

Tenda darurat untuk mendistribusikan makanan kepada orang-orang yang paling terkena dampak pandemi bermunculan di seluruh Filipina dalam seminggu terakhir, ketika ibu kota negara menerapkan langkah-langkah karantina yang ketat.

Akan tetapi beberapa kelompok terafiliasi dengan militer, menandai inisiatif “dapur komunitas” itu sebagai salah satu bentuk organisasi kiri dan bawah tanah komunis yang ingin melemahkan pemerintah.

Pemerintah, militer, dan polisi mencuci tangan atas laporan bahwa para petugas polisi terlihat mengunjungi dan mewawancarai orang-orang di belakang “dapur” dan melabel mereka sebagai bagian dari komunis.

“Tidak ada yang jahat dalam mencintai, peduli, dan bertindak dalam solidaritas satu sama lain,” kata para pemimpin agama Katolik itu dalam pernyataan pada 2 April.

- Newsletter -

“Tindakan untuk mencintai dan merawat satu sama lain dan untuk beraksi dalam solidaritas dengan orang miskin sepenuhnya adalah tindakan dan perbuatan kristiani yang layak ditiru,” tambah mereka.

Kelompok yang memiliki pengaruh itu mengingatkan mereka yang berkuasa bahwa mereka adalah pelayan, bukan tuan, bagi orang-orang yang sudah lelah dengan karantina.

“Orang-orang kehilangan pekerjaan dan orang yang dicintai. Orang-orang kelaparan, dalam kesusahan. Kami menantang mereka yang berwenang untuk bergabung dan menjadi bagian dari komunitas pemberi makan ini, bukannya malah melecehkan, memfitnah, dan meremehkan upaya komunitas yang tidak bersalah ini,” bunyi pernyataan AMRSP.

Sementara itu, NCCP meminta gereja-gereja Protestan untuk menempatkan dapur umum di gereja dan paroki setempat atau memberikan sumbangan kepada yang sudah ada di komunitas mereka.

Pejabat desa membantu menjaga ketertiban di ‘dapur umum’ yang didirikan di luar gereja Paroki Hati Maria Tak Bernoda di Quezon City,  21 April 2021. (Foto oleh Jire Carreon)

Uskup Reuel Norman Marigza, sekretaris jenderal NCCP, mengatakan meningkatnya jumlah “dapur umum” adalah “ejekan atas kurangnya atau kegagalan pemerintah untuk secara memadai mendukung rakyat di masa sulit ini.”

“Sayangnya, alih-alih mendapat dorongan dari otoritas kita,  dapur komunitas justru difitnah dan diberi label merah,” kata uskup itu.

Uskup Kalookan Mgr Pablo Virgilio David mengatakan penyelenggara “dapur komunitas” harus didukung dan inisiatif ini harus didorong.

“‘Bayanihan’ (kerjasama) bukanlah sesuatu yang jahat,” kata uskup. “Tidakkah kalian merasa bersyukur bahwa orang-orang dengan sukarela membantu satu sama lain?”

Uskup Pablo membuat pernyataan itu karena “dapur komunitas” pertama di ibu kota negara itu dihentikan pada hari Selasa, 20 April, karena mempertimbangkan keselamatan penyelenggara Ana Patricia Non.

Patricia mengutip unggahan Facebook oleh polisi dan Satuan Tugas Nasional pemerintah untuk Mengakhiri Konflik Bersenjata Komunis Lokal yang mengaitkan inisiatif tersebut dengan gerakan komunis.

Dalam sebuah pernyataan, Human Rights Watch meminta pihak berwenang “untuk berhenti menargetkan penyelenggara ‘dapur komunitas’ karena setiap orang berhak untuk mendapat apa yang mereka butuhkan.

Relawan membantu mempersiapkan ‘dapur umum’ di luar gereja Paroki Hati Maria Tak Bernoda di Quezon City, 21 April 2021. (Foto oleh Jire Carreon)

Kelompok tersebut mengatakan inisiatif dapur umum adalah “demonstrasi belas kasih yang luar biasa oleh orang Filipina pada saat … banyak keluarga miskin menderita kekurangan makanan dan sumber daya rumah tangga.”

Istana kepresidenan sebelumnya memuji “dapur umum” yang dan menyebutnya  sebagai upaya untuk “memberikan yang terbaik dalam diri kita selama masa-masa tersulit”.

“Kami melihat bahwa dapur komunitas ini menunjukkan bahwa semangat kerja sama (bayanihan) berkuasa, bukan pertengkaran,” kata juru bicara presiden Harry Roque.

Roque mengatakan dapur komunitas “menunjukkan karakter terbaik orang Filipina” dan semangat Filipina yang ulet, meskipun ada tantangan besar.

Lembaga-lembaga aksi sosial Gereja Katolik di Filipina telah mendorong masyarakat untuk mendukung tanggapan berbasis komunitas dalam mengatasi kelaparan selama pandemi.

Setidaknya 80 dapur komunitas telah didirikan di berbagai tempat di Metro Manila dan provinsi lain di seluruh negeri.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest