Prelatur Isabela de Basilan di Filipina selatan membuka proses beatifikasi Misionaris Claretian Pastor Rhoel Gallardo, yang tewas di tangan sebuah kelompok teroris pada tahun 2000.
Uskup Isabela Mgr Leo Dalmao secara resmi akan membuka “penyebab kemartiran” di desa Tumahubong di Basilan pada 3 Mei, bertepatan dengan peringatan 21 tahun kematian imam itu.
Pastor Gallardo adalah pastor paroki dan direktur sekolah di desa itu ketika ia diculik dan dibunuh.
Dalam sebuah pernyataan, Misionaris Hati Maria Tak Bernoda lebih dikenal sebagai Claretian, mengatakan bahwa desa Tumahubong adalah tanah perjanjian, tempat menempa hati untuk misi, cinta mereka yang melihat Yesus di tengah-tengah konflik agama dan politik.
Pastor Krzysztof Gierat, CMF, Postulator Jenderal untuk Penyebab Orang Kudus Kongregasi Claretian, akan menjadi postulator, sedangkan Pastor Efren Limpo, CMF, sebagai wakil postulator.
Pastor Gallardo meninggal pada 3 Mei 2000, ketika terjadi baku tembak antara kelompok bandit Abu Sayyaf yang menyandera pastor itu dan pasukan keamanan pemerintah.
Imam itu ditahan sejak 20 Maret tahun itu bersama empat guru dan beberapa siswa dari Desa Tumahubong.
Jasad Pastor Gallardo ditemukan dengan beberapa luka tembak dan tanda-tanda penyiksaan.
Basilan dulunya adalah benteng pertahanan Abu Sayyaf, sebuah kelompok yang dikenal karena melakukan penculikan untuk mendapat uang tebusan dan kekejaman lainnya.
Menurut laporan, krisis penyanderaan selama satu setengah bulan pada tahun 2000 itu adalah “hari-hari kepahlawanan” bagi imam Claretian berusia 33 tahun itu.
Mereka yang selamat dari kekejian itu mengingat bagaimana Pastor Gallardo menguatkan mereka untuk tidak kehilangan harapan dan terus berdoa rosario.
Lahir di Kota Olongapo, sebelah utara Manila, pada tahun 1965, Pastor Gallardo mengucapkan kaul pertama pada tahun 1989 di kota Isabela di Basilan dan menyelesaikan tahun pastoralnya di kota Maluso, juga di Basilan.
Dalam surat permohonan untuk kaul kekal, ia menulis: “Pengalaman pastoral saya di Basilan tahun lalu membuat saya mengalami secara konkret kehidupan dan misi kita bagi orang miskin (serta) kehadiran komunitas kita dalam dialog kehidupan dan iman dengan saudara dan saudari Muslim kita.”
“Pengalaman-pengalaman ini secara keseluruhan telah menjadi tantangan nyata bagi saya untuk menjadi misionaris yang berkomitmen dan saksi aktif bagi kasih Tuhan yang membebaskan bagi umat manusia… menjadi sadar bahwa hidup dan misi kita menuntut pemberian diri kita sendiri secara total bagi kemuliaan Tuhan yang lebih besar dan keselamatan umat manusia,” tambahnya.
Pastor Gallardo mengucapkan kaul kekal pada tahun 1993 dan ditahbiskan menjadi imam di Paroki Hati Maria Tak Bernoda di Quezon City pada tahun 1994.
Beberapa tahun setelah ditahbiskan, ia dengan sukarela pergi ke desa Tumahubong sebagai direktur Sekolah Claret dan pastor paroki.