Paus Fransiskus kembali meminta agar umat di seluruh dunia berdoa untuk perdamaian di Myanmar setelah delapan orang tewas akibat ditembak pasukan keamanan melepaskan tembakan kepada demonstran menentang militer.
Paus mendesak umat beriman untuk berdoa agar para pemimpin Myanmar “menemukan keberanian untuk berjalan di jalan perjumpaan, rekonsiliasi, dan perdamaian.”
Paus Fransiskus mengingatkan umat Katolik bahwa maraton doa selama bulan Mei tahun ini yang melibatkan tempat-tempat suci terpenting Bunda Maria di seluruh dunia akan diadakan untuk memohon diakhirinya pandemi.
“Dalam konteks ini, ada inisiatif yang sangat dekat dengan hati saya, dari Gereja Burma yang mengundang kita untuk berdoa mohon perdamaian dengan Salam Maria bagi Myanmar dalam Rosario harian kita,” kata paus.
“Kita semua berpaling kepada Ibu kita saat kita membutuhkan atau dalam kesulitan. Bulan ini, kita meminta Bunda Surgawi untuk berbicara kepada hati semua pemimpin di Myanmar,” katanya.
Seruan paus itu disampaikan ketika arus demonstran, beberapa dipimpin oleh biksu Buddha, mengalir melalui kota-kota di seluruh Myanmar pada hari Minggu, 2 Mei.
Akis protes hanyalah salah satu dari masalah yang diakibatkan oleh para jenderal dengan penggulingan pemerintah terpilih yang dipimpin oleh peraih Nobel Aung San Suu Kyi pada 1 Mei.
Sejak kudeta, perang dengan pemberontak etnis minoritas di daerah perbatasan terpencil di utara dan timur telah meningkat secara signifikan, menggusur puluhan ribu warga sipil.
Di sejumlah tempat warga sipil dengan senjata kasar bertempur melawan pasukan keamanan, sementara di daerah pusat fasilitas militer dan pemerintah yang telah aman selama beberapa generasi telah dilanda serangan roket dan gelombang ledakan kecil yang tidak dapat dijelaskan.
Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik mengatakan pasukan keamanan telah menewaskan sedikitnya 759 pengunjuk rasa sejak kudeta dimulai.
Militer yang memerintah selama hampir 50 tahun hingga memulai proses reformasi tentatif satu dekade lalu, mengakui pada pertengahan April bahwa hanya 248 pengunjuk rasa yang meninggal, dan mengatakan bahwa mereka dibunuh karena mereka memulai kekerasan.
Protes dan kampanye pembangkangan sipil telah melumpuhkan ekonomi dan meningkatkan kemungkinan 25 juta orang jatuh ke dalam jurang kemiskinan, kata Program Pembangunan PBB.
Militer mengatakan pihaknya harus merebut kekuasaan karena keluhannya atas kecurangan dalam pemilihan November yang dimenangkan oleh partai Suu Kyi tidak ditangani oleh komisi pemilihan umum, yang menganggap pemilu itu adil. –Tambahan dari Reuters