Sedikitnya empat orang dilaporkan tewas setelah bom menghantam sebuah gereja Katolik sebuah desa di Negara Bagian Kayah, Myanmar pada hari Minggu, 23 Mei.
Tentara Burma dilaporkan menyerang desa Kayan Tharyar, tujuh kilometer dari Loikaw, ibu kota Negara Bagian Kayah, dengan peluru artileri menghantam gereja.
Sedikitnya empat orang, termasuk dua wanita, dilaporkan tewas di dalam gereja sementara puluhan lainnya dilaporkan terluka.
Pasukan pemerintah menyerang desa karena mencurigai bahwa pejuang perlawanan sipil bersembunyi di sana.
Katedral Hati Kudus di Phekon juga dilaporkan rusak akibat penembakan itu, kantor berita Italia Fides mengabarkan.
Laporan itu mengatakan misionaris Yesuit di Myanmar mengecam keras kejahatan keji itu dan menuntut agar “militer Burma dimintai pertanggungjawaban atas apa yang terjadi.”
“Militer harus segera menghentikan serangan terhadap warga sipil dan gereja,” kata laporan itu mengutip imam Yesuit yang tidak disebutkan namanya.
Laporan itu mengatakan bom telah menghancurkan bangunan, mengubahnya menjadi puing-puing, sama seperti kehancuran akibat perang.
Negara Bagian Kayah memiliki persentase penganut Kristen tertinggi di negara ini. Kehadiran Gereja di wilayah itu dimulai pada akhir 1800-an dengan kedatangan misionaris pertama dari Institut Kepausan untuk Misi Asing.
Jumlah umat Katolik di Kayah diperkirakan mencapai 90.000, hampir sepertiga dari 355.000 penduduk negara bagian itu.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak junta militer mengambil alih kekuasaan pada 1 Februari, yang menyebabkan protes harian, demonstrasi dan mogok nasional menentang junta militer.
Tentara dilaporkan telah menanggapi dengan mengerahkan kekuatan mematikan, menewaskan lebih dari 800 orang, menurut kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik.
Militer menghadapi berbagai perlawanan, seperti melawan tentara etnis minoritas yang sudah mapan, dan milisi lokal yang dibentuk dalam beberapa minggu terakhir yang dipersenjatai dengan senapan sederhana dan senjata rakitan.
Dalam beberapa hari terakhir, pertempuran meningkat di Myanmar timur di dekat perbatasan negara bagian Shan Selatan dan Kayah. Ribuan orang melarikan diri dari rumah mereka dan puluhan pasukan keamanan dan pejuang lokal tewas, menurut penduduk dan laporan media.
Penduduk dan aktivis setempat memperkirakan sedikitnya 10.000 orang telah meninggalkan rumah mereka di Kayah, yang berbatasan dengan Thailand, setelah kekerasan terakhir.