Home LiCAS.news Bahasa Indonesia News (Bahasa) Paus Fransiskus ingin agar Gereja lokal terlibat dalam proses pengambilan keputusan

Paus Fransiskus ingin agar Gereja lokal terlibat dalam proses pengambilan keputusan

Sinode Para Uskup berikutnya yang dijadwalkan pada Oktober 2023 akan dirayakan di Vatikan, di setiap paroki dan keuskupan di seluruh dunia.

Paus Fransiskus memutuskan untuk memberikan peran yang lebih besar kepada komunitas lokal dalam proses pengambilan keputusan Gereja.

Hal itu disampaikan seorang pejabat Vatikan saat mengumumkan proses tiga fase sebelum Sinode Para Uskup pada tahun 2023.

Sinode adalah pertemuan para uskup untuk membahas topik yang memiliki makna teologis atau pastoral untuk mempersiapkan dokumen yang menjadi rujukan atau memberi nasihat kepada paus.

Akan tetapi Kardinal Mario Grech, sekretaris jenderal Sinode Para Uskup, mengatakan bahwa paus menginginkan agar “setiap suara harus didengar.”




“Proses pengambilan keputusan di Gereja selalu dimulai dengan mendengarkan,” kata kardinal dalam wawancara dengan Vatican News.

Dengan perubahan tersebut, Sinode para Uskup berikutnya pada Oktober 2023, tidak hanya akan dirayakan di Vatikan tetapi juga di setiap paroki dan keuskupan setelah rencana perjalanan selama tiga tahun.

Sinode itu akan dibuka secara serentak di Vatikan dan di setiap keuskupan di seluruh dunia pada Oktober 2021.

- Newsletter -

Proses ini akan melalui fase keuskupan yang dimulai dari Oktober 2021 hingga April 2022, dan kemudian ‘fase kontinental’ dari September 2022 hingga Maret 2023.

Kemudian akan diakhiri dalam “fase Gereja universal” di Vatikan dengan sinode para uskup pada Oktober 2023.

Sinode Para Uskup di Roma (Foto oleh Vatican News)

Pertemuan itu awalnya dijadwalkan pada Oktober 2022, tetapi ditunda selama satu tahun untuk memberikan waktu untuk “saling mendengarkan” dan memahami di gereja-gereja lokal di tingkat keuskupan dan kontinental.

Kardinal Grech mengatakan bahwa Konstitusi Apostolik, “Episcopalis communio” yang dikeluarkan oleh Paus Fransiskus pada tahun 2018 telah mengubah sinode dari sebuah peristiwa menjadi sebuah proses.

Sinode  selalu menjadi “acara gerejawi… yang melibatkan para uskup yang menjadi anggota sinode,” kata kardinal.

“Jika sebelumnya sinode hanya mencakup perayaan itu, kini setiap pertemuan sinode berkembang melalui fase-fase yang berurutan, yang oleh konstitusi disebut sebagai ‘fase persiapan, fase perayaan, dan fase implementasi,’” kata Kardinal Grech.

Kardinal itu mengatakan Paus Fransiskus “sangat bersikeras mendengarkan ‘sensus fidei’ dari Umat Tuhan.”

“Konsili Vatikan Kedua mengajarkan bahwa Umat Allah berpartisipasi dalam tugas kenabian Kristus,” kata kardinal.

“Oleh karena itu, kita harus mendengarkan Umat Tuhan, dan ini berarti mendatangi gereja-gereja lokal,” tambah Kardinal Grech.

Selama fase keuskupan dari sinode, setiap uskup diminta untuk melakukan proses konsultasi dengan Gereja lokal.

Vatikan akan mengirimkan keuskupan sebuah dokumen persiapan, disertai dengan kuesioner dan vademecum atau buku pegangan, dengan proposal untuk konsultasi.

Pertanyaan juga akan dikirimkan kepada superior jenderal,  serikat dan federasi hidup bakti, gerakan awam internasional, dan universitas Katolik.

Vatikan kemudian akan merilis dokumen kerja pada September 2022 untuk periode penegasan sebelum pertemuan kontinental.

Tema untuk Sinode Para Uskup yang akan datang adalah “Menuju Gereja Sinodal: Persekutuan, Partisipasi, dan Misi.”

Paus Fransiskus telah membahas konsep ‘sinodalitas’ dalam pertemuan-pertemuan sebelumnya dengan para uskup sejak 2018.

Sinodalitas, sebagaimana didefinisikan oleh International Theological Commission pada tahun 2018, adalah “tindakan Roh dalam persekutuan Tubuh Kristus dan dalam perjalanan misioner Umat Allah”.

Sinode Para Uskup di Roma (Foto oleh Vatican News)

Istilah ini secara umum dipahami dalam Gereja untuk merujuk pada proses penegasan dengan bantuan Roh Kudus, yang melibatkan para uskup, imam, religius, dan umat Katolik awam, masing-masing sesuai dengan karunia dan karisma panggilan mereka.

Sinode Para Uskup didirikan pada tahun 1965 oleh Paus Paulus VI, yang berharap agar sinode tersebut akan mendorong persatuan yang erat antara paus dan para uskup dunia.

Sinode Uskup Biasa terjadi setiap tiga tahun untuk membahas masalah yang dipilih oleh delegasi sinode yang dipilih atau ditunjuk dari setiap benua, dan dari kantor-kantor tertentu di Vatikan.

Sudah dilakukan 15 sinode uskup hingga saat ini. Ada juga sinode luar biasa dan sinode khusus.

Sinode yang berlangsung pada Oktober 2019 adalah sinode khusus untuk wilayah Pan-Amazonian. Setelah sinode itu, paus menekankan bahwa “sinodalitas adalah perjalanan gerejawi yang memiliki jiwa yaitu Roh Kudus.”

Untuk sinode yang akan datang ini, Kardinal Grech mengatakan bahwa Sekretariat Jenderal menginginkan agar setiap orang membuat suaranya didengar, karena mendengarkan adalah ‘pertobatan pastoral’ Gereja yang sebenarnya.”

“Salah satu buah dari Sinode adalah agar kita semua memahami bahwa proses pengambilan keputusan di Gereja selalu dimulai dengan mendengarkan, karena hanya dengan cara inilah kita dapat memahami bagaimana dan di mana Roh ingin memimpin Gereja,” kata Kardinal Grech.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest