Pandemi virus corona telah menghantam para pemimpin Kristen di Nepal dengan keras sehingga menyebabkan setidaknya 130 pendeta meninggal sejak April.
“Pada bulan Mei, hampir setiap hari ada pendeta yang meninggal,” kata B. P. Khanal, seorang pendeta dan pemimpin Partai Janajagaran Nepal, dalam sebuah wawancara dengan Christianity Today.
Orang Kristen adalah kelompok minoritas atau hanya sekitar 1,4 persen dari penduduk negara itu yang mencapai sekitar 29 juta orang.
Khanal mengatakan COVID-19 telah menyerang sekitar 500 pendeta dari Februari 2021 hingga saat ini.
“Kekosongan dalam kepemimpinan sekarang dihadapi banyak gereja,” kata Hanok Tamang, ketua Persekutuan Gereja Nasional Nepal, dalam wawancara yang sama dengan Christianity Today.
“Beberapa gereja, khususnya gereja besar, sudah menyiapkan lini kepemimpinan kedua untuk menggantikan pendeta yang sudah menghadap Tuhan,” katanya.
“Banyak istri muda kehilangan suami mereka. Anak-anak telah kehilangan ayah dan ibu mereka, dan banyak anak yatim dan yatim piatu yang tidak tertangani,” kata Tamang.
Gereja-gereja Kristen Nepal juga menghadapi krisis keuangan, kata Dili Ram Paudel, sekretaris jenderal Masyarakat Kristen Nepal.
“Gereja-gereja telah ditutup selama hampir satu setengah tahun. Kami telah bekerja sama dan mematuhi perintah pemerintah, sehingga gereja tidak bisa berkumpul,” katanya.
Ia mengatakan bahwa karena pandemi pendapatan gereja-gereja turun. “Banyak orang kehilangan pekerjaan dan mereka tidak punya uang, jadi bagaimana mereka bisa menyumbang?” kata Paulel.

Pada hari Minggu, Nepal melaporkan 1.042 kasus virus corona baru dalam 24 jam terakhir sehingga total infeksi nasional menjadi 644.622 kasus.
Menurut Kementerian Kesehatan, setidaknya 561 orang dinyatakan positif dalam total 3.256 tes antigen.
Korban meninggal kini telah mencapai 9.225, sedangkan jumlah kasus aktif mencapai 26.179.
Kementerian Kesehatan mengatakan sejauh ini 609.218 orang yang terinfeksi telah sembuh, 2.552 di antaranya dalam 24 jam terakhir.