Home LiCAS.news Bahasa Indonesia Church & Society (Bahasa) Atlet dan pengunjung dilarang masuk gereja selama Olimpiade Tokyo

Atlet dan pengunjung dilarang masuk gereja selama Olimpiade Tokyo

Tokyo memasuki keadaan darurat baru pada hari Senin, kurang dari dua minggu sebelum Olimpiade dimulai

Uskup Agung Tokyo mengeluarkan imbauan kepada para atlet dan pengunjung selama Olimpiade 2021 di Jepang agar tidak mengunjungi gereja-gereja untuk mencegah penyebaran virus corona.

Uskup Agung Tokyo Mgr Tarcisio Isao Kikuchi mengatakan bahwa karena pandemi masih melanda, pengunjung, termasuk atlet, diminta untuk menahan diri agar tidak mengunjungi gereja.

Ia mengakui bahwa keuskupan agung telah mempersiapkan segala sesuatu untuk urusah rohani para pengunjung selama pertandingan tetapi kemuian memutuskan untuk membatalkan semua rencana tersebut.

“Tidak akan ada keterlibatan khusus dari pihak kami saat Olimpiade dan Paralimpiade,” kata uskup agung itu.




“Kami ingin setiap paroki mengurus kebutuhan spiritual orang-orang yang datang ke Jepang. Tetapi dalam situasi saat ini, prioritas tetap untuk tidak menularkan penyakit ini,” kata Uskup Agung Kikuchi.

Tokyo memasuki keadaan darurat baru pada hari Senin, kurang dari dua minggu sebelum Olimpiade dimulai di tengah adanya kekhawatiran apakah tindakan tersebut dapat membendung peningkatan kasus COVID-19.

Pekan lalu pihak penyelenggara mengumumkan bahwa penonton akan dilarang untuk menyaksikan pertandingan di  hampir semua tempat.

Penonton dari luar negeri sudah dilarang sejak beberapa bulan lalu, dan para pejabat sekarang meminta warga untuk menonton Olimpiade di TV untuk meminimalkan pergerakan orang yang dapat menyebarkan penularan.

- Newsletter -

Jajak pendapat secara konsisten menunjukkan bahwa publik Jepang khawatir untuk melanjutkan Olimpiade selama pandemi.

Penanganan pandemi oleh Perdana Menteri Yoshihide Suga, termasuk peluncuran vaksinasi yang awalnya lambat, telah mengikis dukungan baginya.

Masalah ini sangat sensitif menjelang pemilihan nasional dan pemilihan kepemimpinan partai yang berkuasa pada akhir tahun ini.

Olimpiade yang ditunda dari tahun lalu karena pandemi, berlangsung dari 23 Juli hingga 8 Agustus, sementara keadaan darurat yang keempat di ibu kota berlangsung hingga 22 Agustus, tak lama sebelum Paralimpiade dimulai.

Orang-orang berjalan dekat iklan Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo 2020, di tengah pandemi virus corona di Tokyo, Jepang, pada 19 Juni 2021. (Foto Reuters)

Pemerintah dan penyelenggara sejak lama melihat Olimpiade sebagai kesempatan untuk menunjukkan pemulihan Jepang dari gempa bumi dahsyat 2011 dan krisis nuklir.

Pada hari Sabtu, gubernur prefektur Fukushima, lokasi bencana nuklir, mengatakan penonton juga akan dilarang bermain softball dan bisbol di sana. Keputusan itu membalikkan keputusan sebelumnya.

Jepang telah mencatat lebih dari 815.440 kasus COVID-19 dan hampir 15.000 kematian.

Kenaikan baru-baru ini di Tokyo sangat mengkhawatirkan di tengah peluncuran vaksinasi yang dimulai agak lambat dan menghadapi gangguan pasokan setelah dipercepat.

Hanya sekitar 28% dari populasi yang telah menerima setidaknya satu kali suntikan vaksin COVID-19.

Tokyo mencatat 502 kasus baru pada hari Minggu, yang merupakan kenaikan hari ke-23 berturut-turut dari minggu ke minggu, dan para ahli khawatir bahwa masyarakat telah bosan dengan pembatasan pada kegiatan yang sebagian besar bersifat sukarela.

Upaya pencegahan coronavirus termasuk meminta restoran tutup lebih awal dan berhenti menyajikan alkohol dengan imbalan subsidi pemerintah, kebijakan yang telah menghantam keras restoran-restoran dan menyebabkan banyak orang mengeluh tentang ketidakadilan saat Olimpiade dilanjutkan.

“Dengan deklarasi keadaan darurat, kegiatan-kegiatan Olimpiade diperkirakan akan berlangsung tanpa kehadiran publik,” kata Uskup Agung Kikuchi.

 Mengenakan masker, seorang wanita mengambil foto Cincin Olimpiade yang mempromosikan Olimpiade Tokyo 2020 di Tokyo, Jepang, 12 Juli 2021. (Foto Reuters)

“Namun, pada saat yang sama, kehadiran atlet dan staf mereka dari seluruh dunia menimbulkan kekhawatiran akan kemungkinan peningkatan lebih lanjut dalam jumlah kasus infeksi virus corona,” tambahnya.

Prelatus itu mengatakan bahwa Keuskupan Agung Tokyo telah membuat komitmen untuk tidak terinfeksi dan tidak membiarkan orang lain terinfeksi.

“Itu sebabnya kami telah mengambil tindakan-tindakan pencegahan dan dengan hati-hati memikul tanggung jawab untuk melindungi satu sama lain untuk menghindari penyebaran infeksi, melindungi tidak hanya hidup kita sendiri, tetapi juga orang lain,” kata prelatus itu.

Dengan pernyataan keadaan darurat, prelatus itu mengatakan mereka akan terus melaksanakan kegiatan Gereja dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan seperti yang telah dilakukan sejauh ini.

Uskup agung juga mengatakan bahwa Gereja lokal tidak mempertimbangkan apakah sudah  divaksinasi atau belum  sebagai kriteria untuk mengizinkan partisipasi dalam Misa.

“Mari kita ingat bahwa  tugas penting kita adalah untuk melindungi tidak hanya hidup kita sendiri tetapi juga semua orang yang telah menerima karunia hidup dari Tuhan,” kata Uskup Agung Kikuchi. – Bersama laporan dari Reuters

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest