Home LiCAS.news Bahasa Indonesia Church & Society (Bahasa) Pesan Paus Fransiskus kepada para atlet dan penyelenggara Olimpiade Tokyo

Pesan Paus Fransiskus kepada para atlet dan penyelenggara Olimpiade Tokyo

"Di masa pandemi ini, semoga Olimpiade menjadi tanda harapan, persaudaraan universal yang ditandai dengan semangat persaingan yang sehat," kata Paus Fransiskus

Paus Fransiskus memberikan berkatnya kepada para atlet dan penyelenggara Olimpiade di Jepang dalam sebuah pesan yang diunggah di situs berita Vatikan pada hari Minggu.

“Di masa pandemi ini, semoga Olimpiade ini menjadi tanda harapan, tanda persaudaraan universal yang ditandai dengan semangat persaingan yang sehat,” kata Paus Fransiskus.

“Tuhan memberkati para penyelenggara, atlet dan semua orang yang terlibat dalam festival olahraga yang luar biasa ini,” tambahnya.




Setelah ditunda satu tahun karena virus corona, Olimpiade, yang secara resmi dibuka pada hari Jumat lalu, diadakan tanpa penonton di Tokyo karena kondisi darurat yang disebabkan oleh COVID.

Para atlet, yang sebagian besar mengenakan masker , mengikuti pawai di Stadion Nasional yang sunyi senyap tanpa penonton di mana pembawa bendera untuk pertama kalinya terdiri dari pria dan wanita.

Saat pawai melintasi stadion, obor diserahkan dari juara Olimpiade kepada legenda bisbol -salah satunya kelahiran Taiwan- seorang dokter dan perawat, seorang Paralimpiade, dan anak-anak dari beberapa wilayah di Jepang yang dilanda gempa bumi dan tsunami pada Maret 2011.

Obor itu akhirnya diserahkan kepada petenis asal Jepang yang menjuara grand slam tenis empat kali, Naomi Osaka, 23 tahun,   yang memiliki latar belakang sebagai putri seorang pria Haiti dan wanita Jepang. Itu mencerminkan perubahan dan keragaman yang tumbuh perlahan di negara yang dulunya homogen secara etnis.

- Newsletter -

“Tidak diragukan lagi ini adalah pencapaian dan kehormatan atletik terbesar yang pernah saya miliki dalam hidup saya,” tuit Osaka.

“Saya tidak memiliki kata-kata untuk menggambarkan perasaan yang saya miliki saat ini, tetapi saya tahu saya saat ini dipenuhi dengan rasa syukur dan terima kasih.”

Naomi Osaka dari Jepang memegang obor Olimpiade setelah menyalakan tungku Olimpiade pada upacara pembukaan Olimpiade Tokyo 2020 di Stadion Olimpiade, Tokyo, Jepang, pada 23 Juli 2021. (Foto Reuters)

Thomas Bach, presiden Komite Olimpiade Internasional, dalam pidato pembukaanya mengatakan kepada para atlet: “Pelajaran yang kita pelajari adalah bahwa kita membutuhkan lebih banyak solidaritas, solidaritas di antara masyarakat, dan solidaritas di dalam masyarakat.”

Namun perubahan menuju inklusivitas yang lebih besar tidak bebas dari hambatan.

Olimpiade Tokyo 2020 telah dilanda serangkaian skandal, termasuk keluarnya pejabat senior terkait komentar menghina tentang perempuan, lelucon Holokos, dan intimidasi.

Pertunjukan yang biasanya bertabur bintang dan dipenuhi selebriti kali ini diadakan secara sederhana, dengan kehadiran kurang dari 1.000 orang, serta aturan jarak sosial yang ketat dan tanda-tanda yang meminta penonton untuk “diam di sekitar venue.”

Dibuka dengan video yang menunjukkan jalan-jalan kosong di seluruh dunia dan seorang atlet berlatih sendirian dalam kegelapan, pembukaan itu juga termasuk drone yang melayang-layang di atas Stadion Nasional Tokyo yang menyerupai logo Olimpiade yang berubah menjadi planet bumi serta pertunjukan global melalui tautan video lagu ‘Imagine’ karya John Lennon dan Yoko Ono.

Pertunjukan kembang api dengan cincin Olimpiade mewarnai stadion saat upacara pembukaan Olimpiade Tokyo 2020 di Stadion Olimpiade, Tokyo, Jepang, pada 23 Juli 2021. (Foto Reuters)

“Dengan dunia dalam situasi yang sulit karena pandemi virus corona, saya ingin memberikan rasa hormat dan terima kasih saya kepada para pekerja medis dan semua orang yang bekerja keras setiap hari untuk mengatasi kesulitan tersebut,” kata presiden panitia lokal Seiko Hashimoto. .

Upacara mencapai puncaknya dengan perpaduan teater kabuki tradisional dan improvisasi piano jazz, di atas panggung yang dihiasi tungku api Olimpiade.

Saat parade, sebagian besar negara diwakili oleh pembawa bendera pria dan wanita di Olimpiade terlebih dahulu, tetapi tidak semua orang mengikuti protokol pandemi.

Tidak seperti kebanyakan atlet lainnya, tim dari Kirgistan dan Tajikistan serta pembawa bendera Pakistan berparade tanpa masker. – Ditambah dengan laporan dari Reuters

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest