Keuskupan Agung Bangkok di Thailand telah mengubah salah satu sekolahnya menjadi rumah sakit lapangan dengan 630 tempat tidur dan fasilitas isolasi untuk pasien COVID-19 karena negara itu terus menghadapi kenaikan jumlah infeksi dan kematian akibat pandemi.
“Semakin banyak umat manusia menderita, semakin kita membutuhkan cinta, belas kasihan, dan berbagi,” kata Kardinal Francis Xavier Kriengsak Kovithavanich, Uskup Agung Bangkok, saat menyerahkan fasilitas itu kepada Surasak Charoensirichot, gubernur provinsi Nakorn Pathom, pada 6 Agustus.
Pada hari Minggu, 8 Agustus, Thailand mencatat 138 kematian COVID-19 baru dan 19.983 kasus baru, mengakhiri rekor tertinggi berturut-turut tetapi membawa akumulasi beban kasus mendekati satu juta.
Bangkok mencatat kasus baru terbanyak yaitu 3.080, diikuti oleh Chon Buri (1.476), Samut Sakhon (1.391) dan Samut Prakan (1.137).

Kardinal Kovithavanich mengatakan bahwa pandemi telah membawa penderitaan bagi semua orang, terutama mereka yang telah terinfeksi virus corona, orang miskin, mereka yang tidak memiliki penghasilan, tanpa pekerjaan, dan mereka yang kehilangan harapan.
“Saya percaya Tuhan Yesus Kristus mengasihi orang-orang ini dan berharap agar kita sebagai murid-murid-Nya berbagi kasih, terutama selama masa penderitaan besar ini,” tambahnya.
Sekolah Yoseph Upatham, sebuah sekolah Katolik yang dikelola oleh Keuskupan Agung Bangkok di Nakhon Pathom, sekitar 50 kilometer sebelah barat ibu kota negara itu, telah diubah menjadi rumah sakit lapangan dan pusat isolasi masyarakat.
Gereja Katolik di Thailand telah aktif membantu masyarakat sejak awal pandemi, seperti menawarkan gereja dan fasilitas gereja lainnya kepada pemerintah untuk dimanfaatkan sebagai pusat pengujian dan vaksinasi.
Di provinsi-provinsi lain, paroki, umat awam, dan tarekat religius telah menyediakan peralatan, makanan, tenaga dan fasilitas kepada otoritas kesehatan setempat dan kepada sebagian besar masyarakat yang terkena dampak.

aroki Sang Penebus di Bangkok, bersama dengan Ordo Malta, telah menyediakan layanan transportasi untuk pasien COVID-19. Gereja juga telah menyumbangkan peralatan medis ke rumah sakit di berbagai provinsi di seluruh Thailand.
Di bagian utara negara itu, kongregasi Oblat Maria Tak Bernoda telah membagikan makanan kepada penduduk desa sejak bulan lalu untuk membantu mereka yang tidak mendapat makanan.
“Kami, para religius, tidak bisa acuh tak acuh terhadap penderitaan umat kami dan penduduk di desa-desa yang kami layani,” kata Pastor June Ongart, OMI, pastor paroki di desa Hmong, Khek Noi.
“Kita harus mencari cara untuk membantu mereka yang membutuhkan, terutama orang tua dan anak-anak, karena merekalah yang paling terkena dampak,” kata imam itu.
Di Bangkok, Misionaris Xaverian dan Redemptoris mendistribusikan makanan di komunitas miskin perkotaan dan telah membangun tempat yang mereka sebut sebagai “pusat belas kasihan.”
Tarekat-tarekat religius juga telah memulai proyek “Peduli & Berbagi Makanan ” dengan orang-orang miskin.