Home LiCAS.news Bahasa Indonesia Church & Society (Bahasa) Tanggapi himbauan Paus Fransiskus, para imam Thailand bagi sembako kepada orang miskin

Tanggapi himbauan Paus Fransiskus, para imam Thailand bagi sembako kepada orang miskin

Lonjakan kasus dan kematian COVID-19 di Thailand mendorong langkah ebih keras untuk menahan laju virus itu yang diperpanjang bulan ini

Para imam Katolik di Bangkok ibukota Thailand menanggapi seruan Paus Fransiskus untuk menjangkau “pinggiran” dan berada bersama warga yang paling rentan, terutama selama pandemi.

Monsignor Andrew Vissanu Thanya-anan, wakil sekretaris jenderal Konferensi Waligereja Thailand, dan Pastor Pairat Sriprasert, kepala Caritas Thailand, minggu ini membawakan makanan untuk keluarga yang paling terkena dampak pandemi.

“Saya mengikuti instruksi ‘Datang dan Lihatlah’ dari Paus Fransiskus,” kata Monsignor Thanya-anan.

“Ketika Anda datang dan melihat dengan mata kepala sendiri, Anda akan merasa bahwa sangat mendesak untuk melakukan sesuatu bagi mereka yang menderita,” tambahnya.




“Datang dan Lihatlah” adalah tema Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-55 pada bulan Mei tahun ini.

Dalam pesannya untuk kesempatan itu, Paus Fransiskus mendesak semua orang untuk menjangkau orang-orang “sebagaimana adanya dan di tempat mereka tinggal.”

“Kita tidak tahu kebenaran jika kita tidak mengalaminya, jika kita tidak bertemu orang-orang, jika kita tidak berpartisipasi dalam suka dan duka mereka,” kata paus.

Msgr. Thanya-anan mengatakan kepada LiCAS.news bahwa pandemi telah memperparah kehidupan keluarga miskin bahkan di pusat wilayah keuangan negara.

- Newsletter -

Ia mengatakan krisis kesehatan telah mengakibatkan pengangguran, yang secara dramatis menghantam begitu banyak kepala rumah tangga, wanita dan kaum muda.

Pada hari Senin, gubernur bank sentral Thailand mengatakan negara itu membutuhkan tambahan 1 triliun baht (US$29,9 miliar) dalam langkah-langkah fiskal untuk membantu pekerjaan dan keuangan yang hilang akibat pandemi.

Thailand mengalami lonjakan kasus dan kematian COVID-19, sehingga mendorong langkah-langkah yang lebih keras untuk menahan virus itu yang diperpanjang bulan ini dan diperluas ke daerah-daerah yang menyumbang sekitar 80% dari produk domestik bruto.

Para staf dan sukarelawan Gereja menyiapkan barang-barang bantuan untuk dibagikan kepada komunitas miskin di Bangkok, Thailand. (Foto disediakan)

Pada 17 Agustus, Thailand melaporkan 239 kematian akibat virus corona, sehingga total kematian di negara itu menjadi 7.973.

Satgas COVID-19 negara itu juga melaporkan 20.128 infeksi baru, sehingga total kasus menjadi 948.442.

Gubernur Bank Thailand Sethaput Suthiwartnarueput mengatakan pada konferensi pers sebelumnya bahwa proyeksi 1 triliun baht dalam dukungan fiskal, atau 7% dari PDB masuk akal mengingat masalah yang dihadapi ekonomi.

Masalah yang dihadapi saat ini lebih buruk daripada krisis keuangan Asia tahun 1997/97, katanya. “Dengan gejala yang begitu parah, obatnya harus kuat dan tepat sasaran,” tambahnya.

Wabah COVID-19 menciptakan “lubang pendapatan” besar dalam ekonomi Thailand, dengan kerugian pendapatan diperkirakan mencapai 2,6 triliun baht – 1,8 triliun baht pada 2020-2021 dan 800 miliar baht pada 2022.

Pengangguran diperkirakan mencapai 3,4 juta pada akhir 2021, naik dari 3 juta pada kuartal kedua.

Msgr. Thanya-anan mengatakan di tengah pandemi, masyarakat miskin hidup di “lingkungan yang tidak sehat,” menyebabkan penularan penyakit yang cepat.

“Ada juga gerombolan tikus yang berkeliaran,” kata imam itu saat berkunjung ke salah satu komunitas miskin kota, Selasa.

Msgr. Andrew Vissanu Thanya-anan, wakil sekretaris jenderal Konferensi Waligereja Thailand, dan Pastor Pairat Sriprasert, kepala Caritas Thailand, ikut mendistribusikan makanan di komunitas miskin di Bangkok minggu ini. (Foto disediakan)

Ia telah mengelilingi berbagai komunitas miskin dengan alat perlindungan diri (APD) lengkap.

“Mengunjungi komunitas-komunitas ini berisiko, oleh karena itu saya harus memakai APD, lengkap dengan masker, pelindung wajah, sarung tangan, penutup kepala, dll,” katanya.

Imam itu memimpin sekelompok pekerja gereja dan relawan membagikan kotak-kotak berisi makanan siap saji dan makanan kering.

Ia mengatakan Caritas Thailand juga telah menyediakan bahan makanan penting dan barang-barang dasar lainnya terutama untuk rumah tangga yang memiliki akses terbatas ke layanan kesehatan.

Gereja Katolik di Thailand dengan aktif mendukung berbagai inisiatif untuk membantu mereka yang paling terkena dampak virus, termasuk distribusi bantuan dan mengubah fasilitas gereja menjadi pusat vaksinasi dan isolasi mandiri.

Tahun 2019, terdapat 388.468 umat Katolik di Thailand atau sekitar 0,58% dari 69 juta penduduk Thailand. Umat Katolik menyebar di 11 keuskupan dengan 526 paroki dan dilayani oleh 662 imam.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest