Konferensi Waligereja Filipina menyampaikan ucapan selamat kepada jurnalis Filipina Maria Ressa yang telah menerima Penghargaan Nobel Perdamaian tahun ini.
Dalam sebuah pernyataan, para uskup mengatakan bahwa para paus belakangan ini kadang-kadang menyoroti peran penting yang dimainkan pers dalam mengukur apakah masyarakat demokratis sehat atau tidak.
“Maka, tidak mengherankan bahwa Gereja “sangat menghargai pekerjaan Anda dan pengakuan atas kebebasan pers,” kata para uskup Filipina dalam sebuah pernyataan pada Senin (11/10)
Pada hari Jumat (8/10), Komite Nobel Norwegia menunjuk Ressa dan Dmitry Muratov dari Rusia sebagai pemenang Penghargaan Nobel Perdamaian tahun ini untuk “upaya melindungi kebebasan berekspresi, yang merupakan prasyarat bagi demokrasi dan perdamaian abadi.”
Ressa dan Muratov diberikan nobel perdamaian atas “perjuangan berani mereka untuk kebebasan berekspresi di Filipina dan Rusia,” kata badan pemberi penghargaan itu dalam pernyataan.
Kedua jurnalis itu dikatakan “adalah perwakilan dari semua jurnalis yang membela cita-cita ini di dunia di mana demokrasi dan kebebasan pers menghadapi kondisi yang semakin buruk.”
“Ressa menggunakan kebebasan berekspresi untuk mengekspos penyalahgunaan kekuasaan, penggunaan kekerasan dan otoritarianisme yang berkembang di negaranya,” bunyi pernyataan itu.
Para uskup Katolik Filipina mengatakan bahwa di seluruh dunia, pekerjaan jurnalistik menjadi semakin sulit karena tingkat disinformasi dan berita palsu yang terus menyebar melalui sarana komunikasi sosial.
“Oleh karena itu, panggilan dan misi para anggota pers (seperti yang dibayangkan oleh para paus kita) adalah untuk berkontribusi tidak hanya untuk pencarian kebenaran, tetapi yang lebih penting, untuk membantu membangun budaya dialog,” kata para uskup.
“Kami bersyukur bahwa Ms. Ressa, bersama dengan banyak anggota terhormat dan berdedikasi dari pilar keempat (pers), telah melihat tanda-tanda zaman dan dengan berani menanggapi dan terus menanggapi ajakan khusus ini,” kata mereka dalam pernyataan itu.
Para uskup mengatakan bahwa “pengakuan penting – yang pertama bagi seorang Filipina – diharapkan akan memperkuat keyakinan rakyat kita untuk membangun sebuah negara di mana jurnalisme “bebas, untuk melayani kebenaran, kebaikan dan keadilan.”
“Sebagai orang Filipina dan uskup, kami berkomitmen untuk terus berkolaborasi untuk menegakkan nilai-nilai ini,” kata para uskup.