Seorang imam misionaris di Thailand mendesak umat Katolik di negara itu untuk fokus pada tantangan yang dihadapi Gereja saat mereka menjalani proses sinode yang dimulai oleh Paus Fransiskus bulan lalu.
“Kita seharusnya tidak terlalu fokus pada masa lalu tetapi pada saat ini, terutama pada tantangan yang dihadapi Gereja … untuk mewartakan Kabar Baik di bawah dunia baru yang penuh tantangan,” kata Pastor Nicolas Lefébure, pemimpin Serikat Misi Asing Paris (MEP) di Thailand, Laos, dan Myanmar.
Pastor Nicolas mengatakan bahwa tujuan dari proses sinode lokal harus “memperbaharui” semangat misionaris umat untuk mewartakan Injil.
Paus Fransiskus secara resmi membuka proses sinode yang berlangsung dua tahun yang disebut “sinode tentang sinodalitas,” yang secara resmi dikenal sebagai “Sinode 2021-2023: Menuju Gereja Sinode,” bulan lalu. Proses ini bertujuan untuk berkonsultasi dengan umat beriman di seluruh dunia tentang isu-isu yang menyangkut komunitas menjelang Sinode Para Uskup di Roma pada tahun 2023.
Tidak seperti sinode sebelumnya, proses sinode kali ini menawarkan kesempatan untuk konsultasi bersama di setiap tingkat Gereja dan di antara banyak organisasi gereja dan umat awam yang berbeda.
Bagi Gereja Katolik di Thailand yang telah menyelenggarakan konsultasi dan Konsili dalam dua dekade terakhir, sinode keuskupan bukanlah hal baru.
Konsili pertama di negara yang menggunakan model sinode itu diadakan sekitar 350 tahun yang lalu di ibu kota kuno Ayutthaya setelah kedatangan misionaris MEP dari Prancis.
Misionaris pertama yang datang ke Siam adalah misionaris Dominikan asal Portugis yang memberikan pelayanan pastoral kepada orang Kristen Portugis di Ayutthaya.
Pada tahun 1662, Gereja Katolik membentuk fundasi yang lebih kokoh di kerajaan dengan kedatangan misionaris MEP yang dipimpin oleh Uskup Lambert de la Motte.
Uskup De la Motte ditugaskan untuk memimpin Tiongkok selatan dan negara-negara Indocina, tetapi ia memperpanjang masa tinggalnya di Siam untuk menangani diskriminasi agama dan dampak dari konflik di wilayah tersebut.
Dengan demikian, Siam menjadi negara pertama yang menerima upaya penginjilan dari Serikat Misi Asing Paris, kemudian disusul dengan misi baru bertahun-tahun kemudian di Cochinchina, Tonkin, dan sebagian Tiongkok.
Dua tahun kemudian para pedagang Kristen mulai berdatangan dalam jumlah yang lebih besar, dan semakin banyak orang yang bertobat, Konsili pertama dengan model sinode diadakan untuk memenuhi tantangan tersebut.
Ada sekitar 388.468 umat Katolik di Thailand dan dilayani oleh 662 imam di 526 paroki. Umat Katolik membentuk 0,58 persen dari 69 juta penduduk negara itu.