Seorang pemimpin Muslim mengatakan Paus Fransiskus kemungkinan akan mengunjungi Indonesia akhir tahun ini, kemudian akan singgah di Timor-Leste dan Papua Nugini (PNG).
Yahya Cholil Staquf, salah satu tokoh Nahdlatul Ulama yang beranggotakan lebih dari 80 juta orang, membuat pengumuman tersebut setelah pertemuan dengan Paus Fransiskus di Roma pada 15 Januari seperti dilaporkan oleh Catholic News Service (CNA).
Nahdlatul Ulama, organisasi Muslim independen terbesar di dunia, mendukung Islam yang lebih menekankan kemanusiaan dan menolak gagasan kekhalifahan, hukum Syariah, dan mengkafirkan orang lain.
Pemimpin Kristen, Yahudi, dan Muslim lainnya hadir untuk membahas upaya perdamaian dan persaudaraan melalui Prakarsa Iman Ibrahim, CNA melaporkan.
Setelah pembicaraan pribadi mereka, Yahya mengatakan bahwa Paus Fransiskus menyatakan niatnya untuk mengunjungi Indonesia, Timor-Leste, dan Papua Nugini pada bulan September.
Dua paus sebelumnya mengunjungi Indonesia – Paus St. Paul VI pada tahun 1970 dan Paus St. Yohanes Paulus II pada tahun 1989.
Paus Fransiskus telah lama menyatakan keinginan untuk mengunjungi negara-negara tersebut.
Indonesia adalah rumah bagi 229 juta Muslim – populasi Muslim terbesar di dunia serta 24 juta orang Kristen, 7 juta di antaranya adalah Katolik.
Timor-Leste memperoleh kemerdekaan dari Indonesia pada tahun 1999 setelah pendudukan selama puluhan tahun. Negara kecil itu berpenduduk hanya di bawah 1,3 juta orang, 98 persen di adalah Katolik.
Paus St. Yohanes Paulus II mengunjungi negara itu pada tahun 1989. Papua Nugini, sebuah negara yang mayoritas penduduknya beragama Kristen yang menempati bagian timur pulau Papua, 26 persennya Katolik, menurut angka sensus sebelumnya. Bagian barat pulau Papua adalah bagian dari Indonesia.
Paus St. Yohanes Paulus II mengunjungi Papua Nugini dua kali, yang pertama pada tahun 1984 untuk peringatan seratus tahun kedatangan misionaris pertama di PNG. Kunjungan berikutnya adalah pada tahun 1995 untuk beatifikasi Peter To Rot yang diyakini telah dibunuh karena keyakinannya oleh pasukan pendudukan Jepang selama Perang Dunia II.