Home LiCAS.news Bahasa Indonesia Church & Society (Bahasa) Redam virus corona, Keuskupan Hong Kong tiadakan Misa

Redam virus corona, Keuskupan Hong Kong tiadakan Misa

Keuskupan Hong Kong telah mengumumkan sejumlah langkah penting, termasuk tidak menyelenggarakan Misa untuk sementara waktu, untuk membatasi penyebaran virus corona.

Semua Misa hari Minggu dan harian ditiadakan dari tanggal 15 hingga 28 Februari, kata keuskupan itu.

Dalam periode itu juga termasuk ditiadakannya liturgi Rabu Abu yang menandai awal musim Prapaskah.

Kardinal John Tong, administrator apostolik Hong Kong, mengatakan tindakan yang mungkin “mengecewakan” umat itu perlu diambil  selama dua minggu ke depan, yang merupakan “waktu yang penting untuk menekan epidemi,” lapor Vatikan News.

Pembatalan Misa juga akan membantu “menghindari orang berkumpul dalam kelompok besar sehingga terhindari dari risiko terkontaminasi,” kata Kardinal Tong.

Namun gereja-gereja akan tetap dibuka untuk siapa saja yang ingin berdoa sendiri, dan siaran Misa akan dilaklukan secara online.

Gereja juga akan menyediakan Adorasi Ekaristi dari jam 10 pagi sampai jam 2 siang pada 16 Februari, kata misionaris Prancis Pastor Nicolas de Francqueville, yang saat ini mengelola sebuah paroki Hong Kong.

- Newsletter -

Pastor Nicolas mengatakan kepada Radio Vatikan bahwa dia berharap waktu krisis ini akan memberikan kesempatan bagi orang Kristen dan yang lain untuk “menunjukkan lebih banyak solidaritas,” lebih santai dan bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga mereka, dan juga “memiliki lebih banyak waktu untuk berdoa, dan merenungkan arti kehidupan mereka.”

Dengan kasus baru virus corona yang melebihi 65.000 kasus pada 14 Februari, Hong Kong dinyatakan mengalami sedikitnya 53 kasus dan satu orang meninggal. Ratusan orang telah secara sukarela menempatkan diri mereka dalam isolasi atau diobservasi.

Untuk membendung epidemi, sekolah-sekolah ditutup dan akan dibuka kembali sekitar 16 Maret, sementara pekerja kesehatan melakukan mogok pada awal bulan ini untuk mendesak penutupan total perbatasan dengan Cina daratan setelah layanan kereta api lintas batas dan feri ditunda.

Sebelum wabah corona muncul, Hong Kong dilanda protes selama berbulan-bulan, yang pada awalnya dipicu oleh rencana pemerintah yang memungkinkan tersangka kriminal diekstradisi ke daratan Cina, tetapi kemudian berubah menjadi perjuangan pro-demokrasi yang lebih luas melawan cengkraman Beijing atas wilayah tersebut.

Penanganan epidemi di Cina semakin menegaskan ketidakpercayaan dari pendukung pro-demokrasi terhadap Beijing, sementara juga menambah kekhawatiran yang beberapa pihak berpendapat melampaui politik.

Melindungi diri dari penyebaran virus corona, warga Hong Kong mengenakan topeng di stasiun MRT pada 11 Februari. (Foto Shuttersock.com)




© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest