Setidaknya sepuluh imam telah meninggal karena virus corona di Italia, enam di antaranya berasal dari kampung halaman Paus St Yohanes XXIII, Bergamo di Lombardy.
Uskup Bergamo di Italia utara mengatakan sedikitnya 20 imam di keuskupannya telah dirawat di rumah sakit setelah tertular virus corona.
“Jumlah imam yang telah meninggal minggu ini dan jumlah mereka yang masih dalam situasi yang sangat serius sangat tinggi,” Catholic News Agency (CNA) melaporkan, mengutip pernyataan Uskup Francesco Beschi dari Bergamo kepada InBlu Radio pada 16 Maret.
“Kami menjalani rasa sakit ini bersama dengan komunitas kami dan orang-orang yang terinfeksi, yang sakit dan kematian yang tinggi. Kami tidak terpisahkan dari komunitas kami bahkan dalam perjalanan menuju kematian, ”kata Uskup Breschi.
Sehari sebelumnya, uskup mengatakan bahwa tingginya angka kematian sebagai dampak dari kesediaan para imam untuk menderita bersama mereka yang sakit.
“Imam kami banyak, dan banyak dari mereka tidak takut terpapar [virus] agar bisa dekat dengan komunitas mereka,” Crux mengutip Uskup Breschi yang diwawancara jaringan berita TV Italia Rainews24 pada 15 Maret.
“Penderitaan mereka adalah bukti nyata kedekatan mereka, tanda kedekatan yang menyakitkan dan berbagi dalam penderitaan.”
Termasuk di antara yang meninggal dari Bergamo adalah Pastor Silano Sirtoli, 59, dan Pastor Giancarlo Nava, 70.
Tiga imam dari Keuskupan Brescia, di sebelah barat Verona, juga dilaporkan meninggal, lapor CNA mengutip ACI Stampa.
Mereka adalah Pastor Angelo Cretti, Pastor Diego Gabusi, dan Pastor Giovanni Girelli yang berusia 74 tahun.
Seorang imam dari Keuskupan Cremona, Monsignor Vincenzo Rini, juga wafat pada 14 Maret.
Italia mengalami wabah virus corona yang paling buruk dibandingkan negara-negara Eropa lainnya. Korban tewas di negara itu akibat virus itu mencapai 2.158 pada 17 Maret, dan 27.980 orang terinfeksi.
Paus, Vatikan, dan Gereja di Italia yang mayoritas Katolik terpaksa mengubah tradisi yang sudah dijalankan selama berabad-abad karena wabah itu.
Pada 15 Maret, Paus meninggalkan Vatikan tanpa pemberitahuan untuk berdoa di Basilika Santa Maria Maggiore dan kemudian berjalan menyusuri salah satu jalan utama Roma untuk mengunjungi Gereja St. Marcello untuk berdoa di depan salib yang digunakan dalam prosesi saat wabah melanda Roma pada 1522.
Sebuah pernyataan Vatikan mengatakan dia berdoa untuk mengakhiri pandemi ini dan juga untuk orang sakit, keluarga mereka dan petugas kesehatan, penjaga apotek dan toko makanan agar tetap buka saat negara itu menjalani penutupan (lockdown) secara nasional.