Home LiCAS.news Bahasa Indonesia Features (Bahasa) Warga miskin India lebih takut kelaparan daripada COVID-19

Warga miskin India lebih takut kelaparan daripada COVID-19

Ketika Perdana Menteri India Narendra Modi mengumumkan penguncian  atau lockdown selama 14 hari di seluruh negera itu untuk membendung virus corona pada 24 Maret, buruh harian Gansham Das kebingungan bagaimana ia harus memberi makan dan merawat kedua putrinya.

Das tinggal di Madanpur Khander, Delhi selatan dan dia bekerja di pabrik terdekat dengan penghasilan hingga Rs 300 atau (US $ 5) per hari. Sekarang pabrik itu telah ditutup, dan pemerintah terus memperingatkan 1,2 miliar warganya untuk tidak keluar kecuali untuk membeli kebutuhan pokok seperti bahan makanan dan obat-obatan.

Kekhawatiran pria berusia 46 tahun itu mulai meningkat ketika pemerintah memperpanjang penguncian selama seminggu lagi dan tabungannya sudah habis. Sekarang semua makanan yang dia miliki telah habis.




Terjebak dalam penguncian, dia mengaku sudah kehabisan pilihan.

“Saya bahkan tidak bisa mengemis di jalanan. Kami semua terisolasi,  tidak ada cara lain untuk mencari nafkah,” kata Das. “Dalam kondisi seperti itu, saya bertanya-tanya bagaimana keluargaku bisa makan.”

Das adalah salah satu dari banyak penerima upah harian yang saat ini dalam kesulitan karena kuncian. Data pemerintah mengungkapkan bahwa dari 535 juta tenaga kerja di negara itu, hampir 400 juta di antaranya hidup dari bekerja hanya untuk makan sehari.

Rashmi Devi, seorang pekerja rumah tangga berusia 38 tahun, juga berada dalam situasi sulit setelah dipecat sehari setelah lockdown diberlakukan. Devi, yang tinggal di sebuah gubuk dekat Jahangirpuri di Delhi, memiliki seorang putra berusia 9 tahun dan seorang suami yang lumpuh karena kecelakaan dua tahun lalu.

Relawan di kantor pusat Caritas di New Delhi mengemas paket bantuan makanan untuk mereka yang membutuhkan. (Foto oleh Peerzada Ummer)
- Newsletter -

Setelah penguncian diberlakukan, dia mengatakan majikannya tidak lagi mengizinkannya masuk ke rumahnya, karena takut kalau dia akan membawa virus.

Devi bahkan tidak bisa mendapatkan gajinya untuk bulan Maret dan sekarang dia dan keluarganya mengandalkan tabungannya yang hampir habis.

“Hanya saya yang menghasilkan uang di keluarga saya. Saya tidak punya uang untuk membeli obat untuk suami saya atau makanan untuk putra saya, ”kata Devi kepada LiCAS.news.

“Pemerintah tidak memikirkan kami ketika menempatkan seluruh negara dalam penguncian,” katanya. “Orang miskin akan mati kelaparan dan pasti bukan karena virus.”

Pemerintah federal yang dipimpin oleh Partai Bhartiya Janata (BJP) yang pro-Hindu telah mendapat kecaman keras dari beberapa pihak atas keputusannya yang tiba-tiba untuk memaksakan penutupan secara nasional.

Sonia Gandhi, pemimpin partai oposisi utama negara itu di Kongres Nasional India, menuduh BJP menjerumuskan orang miskin ke dalam kekacauan karena penguncian yang tidak direncanakan.

Praven Mishra, seorang aktivis sosial yang berbasis di Delhi, mengatakan kepada LiCAS.news adanya kekhawatiran akan lonjakan kematian karena kelaparan.




“Masyarakat yang secara ekonomi lemah sama sekali tidak memiliki sarana untuk memberi makan keluarga mereka,” kata Mishra.

“Anda harus ingat bahwa ada ratusan orang yang meninggal setiap hari di India karena kelaparan – saat ada virus maupun tidak ada virus,” katanya, seraya menambahkan bahwa pemerintah perlu memiliki mekanisme yang kuat untuk menangani krisis.

Pastor Paul Moonjely, direktur eksekutif Caritas India mengatakan, penguncian itu telah membantu menahan penyebaran virus itu, tetapi itu telah menciptakan kesengsaraan bagi komunitas-komunitas rentan, termasuk para pencari nafkah harian.

“India sedang berperang di dua medan tempur, melawan virus dan kelaparan yang meluas,” kata Pastor Paul.

Untuk membantu mereka yang kelaparan, imam itu mengatakan lembaga yang didukung gereja telah membangun pusat distribusi makanan dan dapur umum di daerah kumuh, pinggiran kota, tempat transit migran dan daerah dengan populasi migran yang cukup besar.

Jatah makanan dibagikan kepada keluarga miskin oleh Uskup Udumala Bala dari Warangal, Hyderabad. (Foto oleh Peerzada Ummer)

“Caritas bekerja sama dengan LSM lokal dan organisasi pemerintah menyediakan makanan dan perbekalan yang sesuai dengan budaya dan membagikannya kepada keluarga dan orang yang hidup dalam kesusahan,” kata Pastor Paul.

“Mitra Caritas India sejauh ini telah memobilisasi 23.902 sukarelawan untuk membantu kegiatan distribusi bantuan,” katanya.

Dia menambahkan bahwa ada sebanyak 507 lembaga gereja yang terlibat dalam memberikan bantuan kepada 2,36 juta orang.

Dia menambahkan bahwa 130 dapur komunitas telah didirikan untuk menyediakan makanan bagi mereka yang membutuhkan, sementara sekitar 5.000 orang telah diberi tempat berteduh.

Ada 10.450 kasus COVID-19 dan 358 kematian yang terkonfirmasi di India pada 14 April.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest