Home LiCAS.news Bahasa Indonesia News (Bahasa) Tes massal COVID-19 di Filipina soroti kelambanan pemerintah

Tes massal COVID-19 di Filipina soroti kelambanan pemerintah

Pejabat kesehatan telah memerintahkan agar tes COVID-19 terhadap warga di sebuah desa di Filipina tengah dihentikan, setelah mengetahui bahwa setidaknya 54 penduduk telah terinfeksi oleh penyakit ini.

Daisy Villa pejabat Dinas Kesehatan Kota Cebu mengumumkan penghentian tes ketika tentara bersenjata dan polisi mulai membarikade desa Zapatera untuk mencegah penduduk keluar dari desa itu.

Villa mengatakan perintah untuk menghentikan tes datang dari Departemen Kesehatan di Manila, yang menyarankan pejabat setempat untuk mempertimbangkan seluruh desa terinfeksi.




Keterkejutan di kota Cebu muncul saat walikota kota Valenzuela di ibukota mengumumkan bahwa putaran pertama tes massal menunjukkan lima dari 40 tes ternyata positif terinfeksi.

Walikota Valenzuela Rex Gatchalian memerintahkan mereka yang terkonfirmasi positif diisolasi di sebuah bangunan yang awalnya dibangun sebagai fasilitas rehabilitasi narkotika.

“Kami akan merawat mereka,” kata walikota. “Kami akan memastikan mereka dapat cukup makanan dan mereka akan diberikan penanganan medis,” katanya.

Gatchalian mengatakan pasien akan kembali diuji berdasarkan protokol pengujian yang ada “sampai mereka berubah negatif.”

- Newsletter -

Pada 17 April, departemen kesehatan mencatat 218 kasus baru COVID-19, sehingga total menjadi 5.878.

Kesenjangan antara jumlah pemulihan dan kematian semakin melebar dengan 52 orang lebih banyak dari yang sembuh,  sehingga total menjadi 487. Jumlah korban meninggal sekarang menjadi 387, dengan 25 kematian baru.

Gatchalian menjadi salah satu contoh pemimpin daerah di Filipina yang mengkritisi protokol tes COVID-19 yang rumit dari departemen kesehatan nasional.

Walikota itu memutuskan untuk pertama-tama fokus pada pasien yang sebelumnya terpapar kasus yang sebelumnya dikonfirmasi oleh Departemen Kesehatan.

“Jika kita ingin menekan penyebaran COVID-19, maka kita harus menguji penghuni yang terpapar, apakah mereka memiliki gejala atau tidak, dan kemudian mengisolasi infeksi baru,” katanya.

Proses pengujian yang dimodifikasi ini juga akan memungkinkan pelacakan kontak putaran baru, kata Gatchalian.

Dia menggambarkan hasil tes masal pertama di kotanya  “sangat mengkhawatirkan.”

Dia memperingatkan bahwa tidak menguji semua orang yang sudah terpapar kasus yang terkonfirmasi sebelumnya meningkatkan kemungkinan penularan masyarakat bahkan disaat penguncian.

Pemerintah kota menghabiskan dana daerah untuk tes, dengan target awal 550, diikuti oleh pengujian massal tenaga kesehatan.

Babak pertama akan selesai pada 18 April, dengan alat yang diimpor dari Korea Selatan tetapi menggunakan proses uji dua hari departemen kesehatan Filipina.

Walikota mengatakan peralatan dan biaya pengujian sekitar US $ 100 per pasien, dan proses sampel swab dilakukan sebuah rumah sakit swasta.

Kasus di Kota Cebu, Filipina tengah, sedang memanas dan menimbulkan pertanyaan tentang risiko dari keterlambatan pemerintah pusat membeli alat tes dan desentralisasi tes.

Pihak berwenang Filipina menerapkan tindakan karantina yang lebih ketat karena jumlah orang yang terinfeksi penyakit virus corona  terus meningkat. (Foto oleh Basilio Sepe)

Pada 16 April, Senat Filipina telah mengeluarkan resolusi yang mendesak Menteri Kesehatan Francisco Duque III agar mengundurkan diri, karena kepemimpinan yang gagal.

Akan tetapi Presiden Rodrigo Duterte menolak desakan itu.

Menteri kesehatan juga mendapat dukungan dari seorang uskup Katolik yang mengatakan Duque mungkin bukan pemimpin yang sempurna tetapi “dia memberikan sesuatu.”

“Fakta bahwa peningkatan infeksi virus tidak sama dengan negara-negara lain berarti ada manajemen yang baik yang terlibat,” kata Uskup Oscar Florencio dari Ordinariat Militer.

Prelatus itu mengatakan jika memang benar ada kebutuhan untuk mengganti Duque, itu harus berasal dari presiden.

“Jika [para senator] bersikeras ingin menyingkirkan Duque, sebaiknya  kita tunggu hingga akhir karantina komunitas yang ditingkatkan pada akhir April dan menyusun strategi lagi,” katanya.

Sekretaris Kabinet Karlo Nograles mengatakan satuan tugas antar-lembaga yang menangani respons COVID-19 pemerintah menghargai Duque karena “mengatakannya apa adanya.”

Duque sebelumnya mengklaim bahwa pasokan pasar global yang ketat menghambat kedatangan alat tes, tetapi legislator mengatakan pemerintah baru mulai setelah ada lonjakan orang yang terinfeksi.

Filipina hingga pekan lalu bergantung pada sumbangan dari Cina, Singapura, Korea Selatan, dan mitra bantuan lainnya.




Departemen kesehatan menyetujui 16 pusat pengujian pada akhir Maret dan telah mencari untuk menyetujui 30 lagi untuk memenuhi target 8.000 hingga 10.000 tes setiap hari pada akhir bulan ini.

Pada 17 April, Duque memerintahkan pusat tes untuk beroperasi selama 24 jam dalam sepekan untuk mempercepat pemrosesan hasil.

© Copyright LiCAS.news. All rights reserved. Republication of this article without express permission from LiCAS.news is strictly prohibited. For republication rights, please contact us at: [email protected]

Support Our Mission

We work tirelessly each day to tell the stories of those living on the fringe of society in Asia and how the Church in all its forms - be it lay, religious or priests - carries out its mission to support those in need, the neglected and the voiceless.
We need your help to continue our work each day. Make a difference and donate today.

Latest